Priben Jeh? Polisi Gelar Rekonstruksi Kok Diam-diam di Aspol

Priben Jeh? Polisi Gelar Rekonstruksi Kok Diam-diam di Aspol

CIREBON–Secara diam-diam Satreskrim Polres Cirebon Kabupaten menggelar rekonstruksi kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang berujung pembunuhan di Desa Pekantingan, Kecamatan Klangenan, Kabupaten Cirebon. Bahkan, diduga agar tidak diketahui publik, reka ulang pembunuhan yang menggemparkan masyarakat itu tidak dilakukan di TKP aslinya. Melainkan digelar di Asrama Polisi Sumber, Senin (4/1). Reka ulang itu pun luput dari pantauan wartawan. Meskipun demikian, hasil penelusuran Radar Cirebon, rekonstruksi dilakukan sebanyak 16 adegan. Mulai Arkati yang cemburu dengan istrinya yang bernama Sania, hingga kedua korban ditemukan tergeletak bersimpah darah oleh anak dan tetangganya. Adegan pertama, reka ulang kejadian pada hari Minggu tanggal 22 September 2018 silam, sekitar pukul 20.30 WIB. Korban datang sehabis bekerja menjadi pembantu rumah tangga di Cilegon,  Banten.  Korban  bernama Sania  datang ke rumah tersangka Arkati. Sang suami menaru curiga terhadap istrinya yang diduga berselingkuh dengan pria lain. Reka adegan kedua ini menceritakan kecurigaan tersangka terhadap korban semakin besar lantaran, pada Rabu tanggal 26 Desember 2018 sekitar pukul 09.00 WIB Arkati menemukan bukti suntik KB di dalam dompet istrinya. Karena kesal, pelaku menunjukkan kepada anaknya Wandi dengan memberi nasihat kepada korban. \"San eling melas ning anak,\" katanya saat itu. Korban pun hanya terdiam. Kemudian terjadilah pertengkaran dan puncaknya hingga pelaku tega menghabisi nyawa korban. Terjadi pada pada adegan ketiga. Diceritakan pada tanggal 9 Januari 2019 pukul 18.30 WIB, korban dan pelaku sama-sama berada di ruang tamu. Pelaku memanggil korban. Namun, korban tidak menghiraukan panggilannya. Tidak ada percakapan, korban lalu ke dapur. Rupanya, niat keji itu dimulai ketika Arkati menutup dan mengunci pintu kamar tamu. Dan pelaku juga menuju pintu depan untuk menguncinya agar korbannya tidak melarikan diri. Kemudian pelaku beranjak ke dapur menuju tempat korban berada. Saat Arkati mendatangi korban yang berada di dapur, pelaku mengungkapkan kekesalannya. “San kalau diomongin di depan nengok ke belakang dan manyun. Saya punya salah apa?” katanya. Namun, korban malah membalas. \"Cerai saja, sana pergi.” Perkataan sang istri itu langsung membuat Arkati marah. Arkati yang melihat silet  di samping tembok dapur kemudian mengambilnya.  Sambil memegang silet pelaku menghampiri korban dari samping kiri. Lalu tangan kanan yang memegang silet itu menyayat wajah korban. Karena sakit, korban berteriak. \"Aduhh.\" Sambil menutupi muka dengan kedua tangannya. Namun, emosi Arkati semakin menjadi-jadi. Sehingga pelaku merangkul korban dan tangan korban yang menutupi muka itu ditariknya kemudian kembali menyayat wajah korban. Tidak kuat dengan rasa sakit, korban berteriak dan meminta ampun.  \"Ampun saya sudah eling dan tidak seperti dulu.” Sayang, tersangka yang sudah kesetanan itu pun terus menyayatnya.  Korban berusaha berontak untuk melepaskan dari sekapan. Namun, perlawanan korban ini malah membuat pelaku terpancing emosi. Sehingga pelaku yang melihat batu tungku langsung mengambil kemudian memukulkannya ke kepala korban, hingga terjatuh. Korban yang dalam posisi tengkurap dan tidak sadarkan diri menjadi sasaran pukulan pelaku ke bagian kepala beberapa kali. Hingga korban tergeletak bersimbah darah. Melihat sang istri sekarat, pelaku depresi dan berniat bunuh diri dengan cara lari ke sumur dan loncat menceburkan diri.  Namun, karena masih sadar dan belum meninggal dunia pelaku berupaya naik ke atas sumur. Melihat silet di samping tembok, pelaku menyayat pergelangan tangan kiri dan kanan. Tapi tetap masih sadar. Saking kesalnya karena susah mati dan masih sadar, pelaku kembali mengambil batu memukulkan ke kepalanya berkali-kali. Adegan itu disaksikan oleh anaknya yang bernama Wandi yang mengintip melalui lubang pintu. Wandi yang melihat orang tuanya bersimpah darah segera masuk ke dalam rumah dengan memanjat tembok yang berada di samping dapur. Kemudian menjerit dan meminta tolong. Tetangganya, Solihin dan Warsina datang untuk menolong Sania yang sudah tak bernyawa dan membawa tersangka ke RS Mitra Plumbon. (cep)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: