Siswa Baru Minta Gaya MOS Diubah

Siswa Baru Minta Gaya MOS Diubah

PERJUANGAN – Meski belum ditemukan tindakan kekerasan dalam Masa Orientasi Siswa (MOS) di Kota Cirebon, namun tetap saja ada yang harus diperbaiki dalam penyelenggaraan tahunan itu. Contohnya, pencantuman nama nama “bagus” (nama bukan asli) seperti julukan kencing batu, rabies, rabun, batuk, types, dan julukan-julukan kurang pantas lainnya. Beberapa siswa yang ditemui saat apel penutupan MOS di SMAN 7 yang enggan namanya dikorankan mengaku, siswa baru seringkali menjadi bahan tertawaan seniornya. Sebagian kakak kelasnya kerap kali melakukan gebrak meja, jika di antara siswa baru melanggar, atau bahkan tak jelas kesalahan mendapat hukuman ringan. “Sebenarnya kakak kelas pada momen MOS ini terlalu, ada yang membentak, ada yang gebrak meja, ada yang galak, tapi tak usah dianggap, bikin sakit hati,” kata seorang siswa, kemarin (14/7). Mereka juga menginginkan, agar budaya ini tidak lagi diterapkan sebagai warisan turun temurun yang tidak mendidik dan berkualitas. Menurutnya, lebih baik siswa baru diajak ke arena outbond atau training motivasi di lapangan bebas. “Saya inginnya budaya perploncoan dan MOS ini dihapus dan diganti outbond,” ujar siswa lainnya. Saat dikonfirmasi, Wakil Kepala Bagian Kesiswaan SMAN 7, Drs Kusyono membantah jika saat MOS terjadi perploncoan, justru ajang untuk mendidik para siswa baru. “Enggak ada itu perploncoan di SMAN 7, ya wajar kalau sebatas membentak, sepanjang itu sesuai aturan. MOS itu juga sebagai sarana mengembangkan bakat kreativitas, jadi MOS harus tetap ada,” ucap dia. Terpisah, aktivis lintas generasi, Paryanto, yang juga alumni MAN 2 Kota Cirebon, menyatakan tidak setuju dengan sistem MOS. Jika para guru berdalih untuk memberikan nilai disiplin, pada kenyataan di lapangan, jauh berbeda. “Senioritas di Osis saat pelaksanaan MOS, masih membudaya. Apakah dalam bentuk fisik maupun lisan, setiap orang memiliki kerentanan psikologis yang berbeda-beda, sehingga hukuman yang serampangan ataupun perlakuan yang menekan mental pada MOS dapat menimbulkan trauma psikologi. Kita bisa melihat, pembuatan aneka atribut yang aneh-aneh, mulai dari kaos kaki beda, kostum yang tidak wajar, kalung, topi, sepatu dan perlengkapan yang wajib dibawa saat MOS,  sebagai pemborosan uang dan waktu semata,” tegas dia. (ung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: