Ancam Terapkan Hukum Adat

Ancam Terapkan Hukum Adat

Soal Truk Batu Alam, Dishub dan Polisi Saling Lempar DEPOK– Membandelnya dump truck pengangkut batu alam yang melintas di Jalur Blok Bunut, Kecamatan Dukupuntang, membuat geram kuwu se-Kecamatan Depok. Mereka mengancam para pengemudi truk dengan hukum adat. Kuwu Desa Cikeduk, Kecamatan Depok, Agus S Sos mengatakan, kesepakatan menggunakan hukum adat dilandasi tak adanya tindakan tegas dari aparat. Tak hanya itu, warga makin resah dengan dampak yang ditimbulkan lalu lintas truk tersebut. “Kami sudah peringatkan berkali-kali. Kalau masih ada truk yang melitas, jangan tanya apa yang akan terjadi, karena hukum adat akan berbicara. Amarah kami sudah sampai puncaknya, apa saja akan terjadi, karena kita berbicara hukum adat,” tegas Agus, kepada Radar, Kamis (11/4) Menurutnya, selama jalur poros desa dilintasi mobil bermuatan di atas delapan ton, sejumlah ruas jalan mulai mengalami kerusakan. Warga juga marah, karena truk-truk yang melintas menimbulkan polusi, terutama debu. “Ini sebuah kenyataan. Jalan poros Desa cikeduk, Waru Kawung, Depok, sampai ke Desa Kas Kidul, dan Desa Kas Lor, semuanya sudah ada tanda-tanda rusaknya,” terangnya. Dikatakannya, selama ini pemerintah desa sudah mengomunikasikan dengan insntansi terkait, seperti Dinas Perhubungan dan kepolisian. Tapi dua institusi tersebut malah saling melempar dan saling tuding kesalahan. “Seharusnya jangan kaya gitu, kalau ditanya jawabannya instansi, malah menggerutu gitu,” tandasnya. Hal senada pun diungkapkan Kuwu Desa Waru Kawung, Kecamatan Depok, Warta. Dia mengatakan,  melitasnya dump truck tersebut, kerap kali mengganggu keamanan dan kenyaman masyarakat di Kecamatan Depok. “Jelas ini rawan kecelakaan, polusi udara, dan rusaknya infrastruktur jalan,” tegasnya. Dijelaskannya, bila spanduk peringatan yang telah terpasang dan berbagai upaya untuk mencegah masuknya dump truck di jalan poros desa, tapi masih saja dilanggar, sopir dan pengusaha harus siap menanggung risiko. “Artinya jangan sampai ketika Jalan Kramat-Pasar Minggu ditolak, dan Kenanga- Plumbon ketika itu juga ditolak, imbasnya ke wilayah kita,” ucapnya. Sebelum dilintasi truk pengangkut batu alam, lanjut dia, ruas jalan tersebut masih tampak mulus dan tidak ada debu berterbangan di jalanan. Tapi, dengan kehadiran mobil-mobil tersebut, mayarakat sudah tidak nyaman lagi. (sam)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: