Kota Cirebon Krisis Air PDAM

Kota Cirebon Krisis Air PDAM

CIREBON-Krisis air yang terjadi belakangan ini, bukan semata karena penurunan debit air. Dari data internal  Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Air Minum, diketahui tingkat kebocoran mencapai 10 juta meter kubik atau 33,7 persen. Tingkat kebocoran di pipa distribusi ini jauh lebih tinggi dari ambang batas yang hanya 20 persen. Dilansir dari data yang sama, Perumda Air Minum sesungguhnya memiliki kapasitas terpasang 1.061 liter/detik. Namun kapasitas termanfaatkan hanya 953 liter perdetik. Dengan kapasitas terpasang ini, jumlah air terdistribusi seharusnya 30.131.783 meter kubik. Tetapi dengan tingkat kebocoran tersebut, hanya 19.988.799 meter kubik yang terjual kepada konsumen. Kebocoran yang cukup tinggi ini terjadi di pipa transmisi sepanjang 22 kilometer dan pipa distribusi sepanjang 209.234 kilometer. Saluran distribusi sepanjang ini dibangun secara bertahap. Berdasarkan sejarah Perumda Air Minum, disebutkan bahwa pelayanan air bersih sudah dibangun sejak tahun 1890 hingga 1925. Di periode awal ini Pemerintahan Kolonial Belanda memanfaatkan mata air dari Sendang, Kabupaten Cirebon dengan kapasitas 100 liter/detik. \"\"Pengembangan selanjutnya dilakukan pada 1937. Di era ini mulai dibangun sarana penyediaan air minum di kaki Gunung Ciremai, Desa Paniis, Kabupaten Kuningan dengan kapasitas produksi 33 liter/detik. Sistem penangkapan air baku berupa terowongan (tunel) yang mengumpulkan air dari 15 buah sumur vertikal. Yang kemudian dikembangkan dengan bantuan pinjaman Bank Pembangunan Indonesia dengan penambahan sarana air minum dengan kapasitas 100 liter/detik . Dengan membangun pipa transmisi dari sumber sampai ke kota dan membangun menara air Gunung Sari pada tahun 1963 dengan kapasitas 2.500 meter kubik. Pengembangan selanjutnya dilakukan pada tahun 1960–2013. Atau yang dikenal dengan Cirebon Urban Development Project (CUDP) I dengan peningkatan kapasitas produksi air dari 100 liter/detik menjadi 860 liter/detik . Yang dilanjutkan pada 1986 dengan pengembangan CUDP. Praktis setelah itu, tidak ada lagi pengembangan. Padahal, Kota Cirebon sendir tumbuh signifikan. Dan krisis air mulai terjadi sejak awal tahun 2000-an.  Perumda air minum juga baru bisa menambah kapasitas produksi air sebesar 1.061 liter tahun 2012. Namun, kapasitas terpasang tersebut dialirkan melalui jaringan pipa tua. Sementara Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) juga belum bisa dirasakan manfaatnya dalam waktu dekat. Direktur Utama, Perumda Air Minum Tirta Giri Nata Sofyan Satari membeberkan, permasalahan distribusi air ke pelanggan cukup kompleks. Mulai dari hulu yakni sumber mata air, sampai ke hilir seperti instalasi pipa yang sudah tua. “Kami mewakili seluruh jajaran direksi dan staf memohon maaf kepada pelanggan,” ucapnya saat diwawancarai Radar Cirebon, belum lama ini. Perumda Air Minum baru bisa melayani pelanggan selama 18 jam perhari. Penyebabnya, sistem distribusi dan pipa instalasi di perkotaan sejak tahun 70-an, belum ada pergantian sampai hari ini. Pria yang akrab disapa Opang ini mengungkapkan, sebelum tahun 2000 antara air yang diproduksi dan yang dikonsumsi sama. Tapi beberapa tahun belakangan, tidak demikian. Gudang air Gunungsari dan Prujakan dulu terisi air penuh untuk suplai, tapi sekarang kosong. (myg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: