Priben Kih, Pujabon Sepi, Pedagang Jadi Bingung Jeh

Priben Kih, Pujabon Sepi, Pedagang Jadi Bingung Jeh

CIREBON-Setelah diluncurkan secar resmi, Selter Cipto atau Pusat Jajanan Cirebon (Pujabon) kembali sepi. Penertiban yang dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), tidak memberikan dampak langsung. Para PKL di Jl Pemuda dan Jl Sudarsono, bahkan menolak pindah ke pujabon. Sementara pedang yang terlanjur menempati lapaknya, mulai kebingungan dengan kondisi permodalan. “Modal kami pas-pasan. Ini sepi terus,” ujar salah seorang pedagang, Ine kepada Radar Cirebon. Sesekali, ia memang tergoda untuk kembali ke jalanan. Untuk sekadar mendapatkan penghasilan yang normal. Saat berjualan di Jl Sudarsono, sehari paling tidak omzetnya Rp400 ribu. Yang tentunya sulit didapat di selter yang ditempati saat ini. “Ini baru ngelayanin dua orang. Kalau di Sudarsono, jam segini sudah habis,” katanya. Ine mengaku bingung dengan kondisi ini . Ia juga tidak tahu sampai kapan bisa bertahan. Setiap harinya, Ine harus mengeluarkan modal sedikitnya Rp150 ribu untuk membeli bahan soto dan nasi lengko. Kalau tidak habis terjual, otomatis bahan makanan tersebut tak bisa dipakai keesokan harinya. Modalnya menguap begitu saja. \"Ya nggak tahu, bingung,” ungkapnya. Nasib serupa juga dialami oleh pedagang lainnya, Mul (62). Dia terpaksa tetap berjualan sembari berharap selter segera diramaikan pemerintah. Tanpa ada upaya lebih, ia tidak tahu sampai kapan akan bertahan. Penghasilan yang dia dapatkan selama berjualan di selter menurun drastis. Ketika masih berjualan di Jl Cipto Mangunkusumo, dia mengaku bisa membawa pulang Rp400-600 ribu semalam. Namun, ketika pindah ke selter, Rp50 ribu saja dia tidak dapat. Bahkan penghasilan yang didapatkan tidak cukup untuk belanja kembali bahan dan bumbu masakan untuk membuat beraneka macam menu nasi jamblang. \"Hari ini saja ibu baru dapat Rp15 ribu. Itu juga yang Rp5 ribu untuk bayar listrik,” ucapnya. Dikatakannya, tidak jarang teman teman PKL mengajaknya untuk kembali berjualan di jalan. namun dia menolak karena takut berurusan dengan Satpol PP. Dengan kondisi ini, Mul berusaha pasrah. Tetapi juga berharap pemerintah melakukan sesuatu. Ade Sumarsana juga mengalami hal serupa. Dalam sehari, dia juga cuma melayani dua pembeli. Pedagang makanan khas Palembang ini juga harus memutar otak. Dia memperkerjakan orang lain untuk berjualan. Tetapi karena omzetnya menurun drastis, untuk membayar karyawan juga sulit.  “Kemarin jualan, cuma dapat Rp20 ribu. Lama-lama pengeluaran saya cuma buat bayar pelayan. Pemasukanya nggak ada. Modal habis,” ungkap PKL eks Jl Cipto Mangunkusumo tersebut. Selain soal omzet yang menurun, Ade yang juga pengurus Pujabon ini juga mesti memikirkan soal lainya, yakni biaya operasional selter. Soal listrik misalnya, masih merasa berat untuk meminta urunan kepada pedagang lainya. Melihat kondisi selter yang masih sepi, dia berharap pemerintah hadir dan mau mendengarkan keluhan para pedagang. “Kemarin saja listrik tokennya habis. Mau minta ke pedagang juga tahu sendiri. Modal saja masih susah,” tuturnya. Dia berharap, untuk listrik bisa ada subsidi untuk pedagang selama tiga bulan ke depan. Kemudian pemerintah juga menunjukkan komitmennya dalam pemberdayaan PKL. Tidak meninggalkan mereka yang sudah masuk ke selter. Seperti diketahui, saat launching, terpantau ada 22 pedagang yang membuka lapaknya di Pujabon. Sehari setelahnya, berkurang menjadi 18 pedagang. Dan setelah satpol PP menertibkan PKL Tenda biru, kembali bertambah menjadi 21 pedagang. (awr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: