Konsep Pemberdayaan PKL Kota Cirebon Berhenti di Relokasi

Konsep Pemberdayaan PKL Kota Cirebon Berhenti di Relokasi

CIREBON - Sedikitnya 88 pedagang kaki lima telah menempati selter di empat lokasi. Jumlah ini, masih jauh dari daya tampung sesungguhnya. Yang belum masuk ragu. Sementara yang sudah masuk, mempertanyakan pemberdayaan pemerintah. Secara umum, pedagang kaki lima (PKL) yang telah pindah ke selter, mengalami penurunan penghasilan. Itu tidak hanya terjadi di Selter Jl Cipto Mangunkusumo. Atau yang belakangan ini dinamai Pusat Jajanan Cirebon (Pujabon). Keluhan serupa juga diungkapkan pedagang di Selter Alun-alun Kejaksan. Juga Selter Stadion Bima. Lantaran sepinya pengunjung, tak sedikit PKL yang memilih kembali ke jalanan. Cari lokasi baru di luar kawasan tertib lalu lintas (KTL). Pantauan lapangan yang dilakukan Radar Cirebon, saat ini terdapat 164 lapak yang tidak ditempati. Penyebannya beragam. Di Selter Alun-alun Kejaksan, misalnya, hampir separuh lapak tutup. Tetapi hampir buka seluruhnya di saat ada keramaian. Atau saat ada acara di Alun-alun Kejaksan. Sementara di Stadion Bima. Lapak yang tutup memang ditinggal pedagang. Mereka kembali membangun tenda semi permanen. Kondisi itu, tidak dapat dipungkiri. Memberi pengaruh pada calon pedagang yang mendapatkan jatah lapak di setler. Salah seorang pedagang di Pujabon, Ade Prianto, memaklumi pengunjung masih sepi karena baru seminggu jualan. Tetapi, ia juga meminta pemerintah membantu promosi. Agar pusat kuliner itu lebih dikenal masyarakat. “Kita perlu dukungan promosi. Supaya pedagang di sini bisa terus bertahan,” ujar Ade, kepada Radar Cirebon, Minggu (17/2). Aspirasi serupa diungkapkan PKL di selter lainnya. Rata-rata mereka meminta pemerintah membantu promosi. Juga menertibkan PKL di luar selter. Sayangnya, hingga saat ini program pemerintah untuk pemberdayaan juga tidak ada kejelasan. Misalnya di Selter Alun-alun Kejaksan. Juga di Stadion Bima dan Selter Bank BJB. Setelah penempatan, praktis tidak ada kegiatan ataupun upaya lain yang dilakukan Dinas Perdagangan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (Disdagkop-UKM). Bagaimana dengan Selter Jl Cipto? Kepala Disdagkop-UKM, Ir Hj Yati Rochayati hanya menjanjikan beberapa kegiatan. Itu pun dengan syarat setelah PKL seluruhnya pindah ke selter. “Yang penting pedagang masuk dulu,” katanya, akhir pekan kemarin. Disdagkop-UKM memang tak pernah menjawab gamblang terkait pemberdayaan ini. Kepala Bidang UMKM, Saefudin Jufri misalnya. Ia hanya menyebutkan bahwa pemkot pernah bekerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melaksanakan pelatihan. Kalaupun ada yang terlihat ialah pembagian tanda daftar usaha (TDU) kepada 300 PKL di Pasar Kanoman. Dan programnya masih berlanjut hingga saat ini. Namun, di luar itu, upaya pemberdayaan tidak ada dalam program yang jelas. Soal ini, Ade Prianto yang juga kordinator Pujabon mengaku, dalam waktu dekat akan ada beberapa acara yang dilaksanakan untuk meramaikan selter. Misalnya lomba mewarnai, live music  dan stand up comedy. Di luar itu, praktis belum ada yang disosialisasikan kepada pedagang. (awr/myg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: