MBS Cari Sekutu lewat Tamasya ke Asia

MBS Cari Sekutu lewat Tamasya ke Asia

PAKISTAN - Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) tiba di Pakistan pada Minggu (17/2). Tur Asia ini dilakukan untuk mencari dukungan negara-negara tetangga, sekaligus menunjukkan dirinya masih memiliki sekutu setelah terungkapnya kasus Khashoggi. Sehari setelah Putra Mahkota Arab Saudi itu sepakat berinvestasi miliaran dolar di negara tersebut. Pemerintah Pakistan memberikan gelar kehormatan bagi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) pada Senin (18/2). Presiden Arif Alvi memberikan MBS gelar Nishan-e-Pakistan, gelar tertinggi bagi warga sipil negara itu. Penghargaan itu diberikan sehari setelah MBS sepakat menanamkan investasi sebesar US$20 miliar atau Rp282 triliun untuk Pakistan. Setelah kunjungan ke Pakistan, MBS bakal melakukan lawatan ke India dan bertemu dengan Perdana Menteri Narendra Modi. Diperkirakan, MBS bakal mengakhiri perjalanannya dengan berkunjung ke Tiongkok pada Kamis (21/2) dan Jumat (22/2). Sebelumnya, dua perhentian singkat yang semula dijadwalkan pada Minggu dan Senin di Indonesia dan Malaysia ditunda tanpa penjelasan. Para analis melihat, tur Asia yang dilakoni MBS ini sebagai caranya menunjukkan pada Barat bahwa dirinya masih memiliki teman di Asia. \"Ini adalah cara MBS membuktikan, bahwa dia masih memiliki akses internasional dan masih dianggap sebagai perwakilan penting dari kerajaan,\" ujar peneliti di S Rajaratnam School of International Studies, Singapura, James M Dorsey, melansir CNA. Direktur Studi Timur Tengah di China Institute of International Studies, Li Guofu, mencatat kasus Khashoggi terus menimbulkan kemarahan di negara-negara Barat. Hal itu tentu membuat Saudi merasa tak nyaman jika harus mengunjungi negara-negara Barat. \"Tidak bepergian ke Barat tidak berarti bahwa dia tidak dapat datang ke Timur,\" kata Guofu. Strategi ini, dinilai Gofu, tepat dengan menjadikan Asia sebagai arah utama baru diplomasi Saudi. Negara-negara Asia, kata dia, memiliki karakteristik khas yang penting untuk dicatat. \"Karakter itu menunjukkan kebanyakan negara Asia tak suka ikut campur pada urusan internal negara lain,\" katanya (der/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: