Kartini Award 2013

Kartini Award 2013

DI balik parasnya yang ayu, banyak yang bisa dipelajari dari sosok Hj Eti Herawati. Sejumlah aktivitas baik di organisasi sosial ataupun politik dijalaninya dengan baik. Bisnis yang dirintisnya 20 tahun silam pun berjalan lancar bahkan terus berkembang. Untuk urusan keluarga, wanita yang akrab disapa Eeng Charli ini juga bisa mengaturnya dengan baik. Hubungan yang harmonis di lingkungan keluarga dan pengawasan untuk 3 buah hatinya masih bisa dilakukannya. Ditemui di kediamannya belum lama ini, Eeng mengaku, untuk bisa menjadi dirinya yang sekarang ini bukanlah perjalanan mudah. Kemandirian seorang Eeng Charli rupanya sudah ditanamkan oleh pihak keluarga. Diceritakan Eeng, meski lahir dari kalangan keluarga berada, orang tuanya selalu mengajarkannya untuk bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilih dan dilakukannya. Hal itulah yang hingga saat ini ditanamkannya. “Saya kan anak pertama, saat SMA, saya sudah diberikan tanggung jawab. Kuliah juga harus menanggung adik-adik saya,” ujarnya. Dari situlah, Eeng belajar, bahwa menjalani hidup itu penuh perjuangan. Karena, kata dia, bertanggung jawab atas adik-adiknya bukanlah hal yang mudah. Dan hal itu juga yang akhirnya membuat Eeng mandiri, karena harus bisa meng-handle segalanya. “Saya selalu teringat sampai detik ini kalau kita harus bisa jadi diri sendiri. Dan harus bisa segalanya,” lanjutnya. Begitupun saat hendak mendirikan usaha sekitar tahun 1993. Orang tuanya juga tidak memanjakan ibu tiga anak ini. Meski memang diberikan modal awal, orang tua Eeng hanya memberikan modal satu kali. “Ayah saya bilang, ini modalnya dan tidak boleh minta lagi. Itu tandanya saya harus bisa bertanggung jawab dan menggunakan modal yang diberikan itu dengan baik,” jelasnya. Akibat didikan yang seperti itu, Eeng menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan kerja keras. Dan bisa memiliki usaha yang sukses seperti sekarang, diakui Eeng, bukanlah hal yang mudah. Butuh perjuangan yang luar biasa, telebih bisnis yang digeluti adalah jual beli emas. “Mengawali proses penjualan emas itu susah, karena harus ada formulasi yang tepat untuk bisa membuat emas. Dan tidak semua orang yang tahu mau berbagi ilmu itu,” ujarnya. Diakuinya, usaha yang dijalaninya pun tidak selalu berjalan mulus. Eeng menceritakan, usahanya di bidang lain, sempat kolaps. Namun hal itu justru menjadi pelajaran yang berarti bagi Eeng. Dia akhirnya tahu, bahwa setiap pekerjaan bila tidak ditekuni dengan baik atau dijalani setengah hati, akan sulit untuk bertahan. “Kita harus menekuni sesuatu yang ingin dikerjakan. Alangkah lebih baik bila kita juga menjiwai hal itu. Sehingga bisa konsentrasi penuh. Ketimbang setengah hati, akhirnya akan kurang bagus,” tuturnya. Tidak hanya di ranah bisnis, Eeng juga berkecimpung di dunia sosial. Tak jarang, Eeng melakukan aktivitas sosial, seperti memberikan bantuan pada yang membutuhkan dan juga mengajak masyarakat untuk bersama membangun lingkungan sekitar. Dirinya juga sempat aktif di beberapa komunitas yang menangani penderita HIV/AIDS di Indramayu. Keseriusan Eeng menggeluti dunia sosial dibuktikan pada Juni 2012 lalu, di mana dirinya mendirikan Paguyuban Cirebon Bangkit, sebagai wadah untuk melakukan kegiatan sosial. “Saya berkeinginan ada wadah yang setidaknya bisa memberikan sumbangsih dan kontribusi pada masyarakat. Walaupun memang saya akui keberadaan PCB hingga saat ini belum maksimal,” ujarnya. Namun dirinya melihat, Kota Cirebon memiliki potensi untuk bisa berkembang. Baik dari segi budaya, ataupun sektor lainnya. Yang terpenting, adalah bagaimana sinergitas antara pihak masyarakat dengan pemerintah untuk bersama-sama membangun Kota Cirebon. Bahkan, Eeng memiliki rencana untuk bisa mengembangkan Kota Cirebon menjadi sentra batik. “Banyak sisi Cirebon ini yang bisa dikembangkan. Kita punya 4 keraton, batik dan ditunjang dengan kuliner,” tuturnya. Selain sosial, budaya, Eeng Charli juga tertarik  berkecimpung di dunia politik. Bahkan beberapa waktu lalu, namanya sempat mencuat di bursa pemilihan wali kota Cirebon. Sepak terjang Eeng di lingkungan masyarakat Kota Cirebon dan memiliki keterkenalan yang cukup, membuat Eeng sempat dilirik oleh sejumlah partai. Meski dianggap sebagai dunia yang kejam, namun Eeng menikmati segala proses yang dijalaninya di dunia politik. Eeng mengatakan, politik mendidik dirinya menjadi pribadi yang tangguh dan harus selalu waspada. Bagaimana langkah awal Eeng di dunia politik? Diceritakan Eeng, hal itu bermula sejak sekitar 3 tahun lalu, saat pemilihan bupati Indramayu. Eeng yang notabene berada di Indramayu rupanya mendapat perhatian dari salah satu partai di Indramayu. Eeng sempat ‘dipinang’ untuk bisa maju sebagai calon wakil bupati. “Dari situ ada ketertarikan. Saya anggap dunia politik itu tantangan. Walau awalnya bukan orang politik, tapi saya bergaul dengan orang-orang politik. Dan dari situ ketertarikan saya muncul,” ujarnya. Meski menolak,  bukan berarti Eeng tidak mau berkecimpung di dunia politik. Kiprahnya di dunia politik dilanjutkan saat dirinya didaulat menjadi bendahara Ormas NasDem Kota Cirebon. Keseriusannya ditunjukkan saat mendaftar sebagai bakal calon wali kota melalui Partai Amanat Nasional, dan kini dibuktikan dengan posisinya sebagai Ketua DPD Partai NasDem Kota Cirebon. Dikatakan Eeng politik adalah dunia yang penuh intrik dan juga tantangan. Istri dari Elviano itu merasakannya sendiri dalam proses pencalonan wali kota beberapa bulan lalu. “Memang saya mulai tertarik 3 tahun lalu, tapi itu belum konsen. Baru benar-benar konsen di dunia politik sekitar 5 bulan lalu saat menjelang pilwalkot. Dan rasanya memang sangat luar biasa,” ujarnya. Proses pencalonan wali kota beberapa bulan lalu, memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi Eeng. Dirinya pun sepakat bahwa harus ada ruang yang cukup untuk keterlibatan perempuan di berbagai bidang. “Saat ini dengan kuota 30 persen untuk wanita di pencalonan legislatif, kita kaum hawa sangatlah diuntungkan. Dan hal ini yang memang harus dimanfaatkan untuk bisa mengangkat wanita,” tukasnya. Menggeluti dunia bisnis, politik, sosial dan budaya ternyata tidak membuat Eeng lupa akan kodratnya sebagai wanita. Dia masih tetap bisa menjadi ibu untuk anak-anak dan istri yang baik bagi suaminya. “Ada banyak hal yang saya lakukan. Nah di sinilah pentingnya tanggung jawab. Di satu sisi saya harus bertanggung jawab pada keluarga, bisnis, kegiatan sosial, budaya dan politik yang saya lakukan. Rasa lelah itu pasti ada, tapi semua itu harus seimbang,” ujarnya. Dirinya pun menilai, seorang wanita adalah sosok yang lebih tangguh daripada pria. Bagaimana tidak, seorang wanita dituntut untuk bisa menjadi seorang istri, membimbing anak-anak dan juga tetap mengaktualisasikan diri. Bahkan tidak sedikit seorang wanita yang memilih untuk bekerja atau membuka usaha, di samping memiliki keluarga. “Ini sudah menjadi nilai lebih dari seorang perempuan. Sebenarnya, wanita-wanita Indonesia itu tangguh. Karena tidak hanya mengurusi masalah rumah, suami serta anak, tapi juga banyak yang melakukan kegiatan lainnya. Maka dari itu, jangan remehkan wanita,” tukasnya.  (kmg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: