Polisi Buru Tiga Pelaku Penipuan Jawaban UN

Polisi Buru Tiga Pelaku Penipuan Jawaban UN

CIREBON - Tiga pelaku yang diduga berkaitan dengan praktik penipuan jawaban ujian nasional (UN) tingkat SMA di Kota Cirebon diburu Polres Cirebon Kota. Ketiga pelaku yang kini telah ditetapkan tersangka itu disinyalir meminta sejumlah uang kepada para korban untuk jawaban palsu. Akibat praktik ini, ratusan siswa mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah. Kapolres Cirebon Kota AKBP Dani Kustoni SH SIK MHum mengatakan, ketiga pelaku tersebut telah menjadi salah satu target pengejaran pihaknya. Dia optimis, polisi akan secepatnya membekuk para pelaku dan memberikan hukuman sesuai dengan undang-undang. “Kami tengah mengejar tiga orang yang diduga telah menipu siswa dengan jawaban UN palsu. Akibatnya, para siswa yang menjadi korban merugi. Kami target secepatnya kasus ini dituntaskan,” tegas dia, usai memantau pelaksanaan UN SMP di SMPN 1 Kota Cirebon, kemarin. Ketiga pelaku itu sendiri, yakni TI alias Telex (22) warga Perumahan Villa Intan, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon. Kemudian Had, karyawan bimbingan belajar Ganesha SMART warga Jagasatru, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon, dan seorang lagi berinisial A yang juga karyawan Ganesha SMART. Dani mengatakan, pihaknya hingga saat ini masih mencari tahu keberadaan para tersangka. Menurutnya, anggota polisi sudah mendatangi rumah para pelaku, namun tidak ada di tempat, sehingga belum ada tersangka yang berhasil ditangkap. Pengejaran ketiga pelaku sendiri lanjut Dani, didasarkan dari laporan sejumlah siswa yang merasa tertipu dengan jawaban yang mereka terima. Salah satu pelapor, RH (17), siswa SMAN 6 Kota Cirebon yang mengaku ditawari TI jawaban UN untuk enam mata pelajaran baik jurusan IPA maupun IPS. Oleh TI, Rh diharuskan menyerahkan uang Rp30 juta saat dijumpainya Maret lalu. Dia dan Ris (17), salah satu teman kelasnya pun tertarik dengan jawaban UN palsu tersebut. Sehingga keduanya sepakat untuk mengumpulkan uang dari teman-teman lain di kelas XII. Berdasarkan laporan di kepolisian, dari 223 siswa akhirnya terkumpul uang sekitar Rp20 juta. Uang itu selanjutnya diserahkan kepada TI seadanya. TI pun selanjutnya menyerahkan dua buah sim card dengan provider berbeda, yakni IM3 dan Indosat sebagai alat transfer jawaban UN yang diminta. Rh dan yang lain pun terperdaya dengan jawaban UN yang mereka terima. Namun, mereka baru menyadari, ketika UN berlangsung, belakangan diketahui jawaban yang diberikan TI tidak cocok, bahkan salah semua. Merasa tertipu, akhirnya Ris melaporkan perbuatan TI ke Polres Cirebon Kota. Rupanya, selain RH, TI pun telah dilaporkan siswa lain dari SMA berbeda. Rin (17), pelapor lain dari SMAN 4 Kota Cirebon juga menyatakan TI telah menjanjikannya jawaban UN 2013 dengan imbalan Rp14 juta. Rin pun mengaku, uang tersebut berasal dari teman-temannya di kelas XII yang dikumpulkan untuk mendapat jawaban tersebut. Setelah menyerahkan uang, Rin mendapat dua sim card dengan dalih sebagai alat pengiriman jawaban saat UN berlangsung. Saat ujian, Rin menerima pesan pendek berisi jawaban dari TI. Beruntung karena Rin menyempatkan diri mengecek jawaban dari TI dengan jawaban yang diketahuinya, dia pun selanjutnya melaporkan TI ke polisi. Bukan hanya TI yang dilaporkan, polisi juga menerima laporan atas praktik penipuan serupa dari K (17) oleh H, pelaku lain yang tengah dikejar. H diduga merupakan karyawan pada salah satu bimbingan belajar. K mengaku ingin mendapat jawaban UN setelah mendengar teman-temannya mendapatkan itu dari TI. H sementara itu diduga melakukan praktik serupa dan menjanjikan jawaban pada K. Bahkan, dengan jaminan akan mengembalikan uang apabila jawaban yang diberikannya tidak sesuai. K pun menyerahkan uang Rp25,5 juta kepada H yang juga dikumpulkannya dari teman-teman lain yang akan mengikuti UN. Dia lalu mendapat dua buah sim card, namun ternyata nasibnya sama dengan Rh dan Rin. K selanjutnya melaporkan H ke polisi. Kepala Dinas Pendidikan Kota Cirebon Anwar Sanusi menyatakan, modus penipuan jawaban UN setidaknya telah berlangsung hampir sepanjang tahun. Hanya saja, diakuinya tahun ini penipuan tersebut telah menimbulkan korban siswa cukup banyak dari berbagai sekolah di Kota Cirebon. (atn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: