(Transkrip Lengkap) Dialog Prabowo Subianto dengan Ustaz Abdul Somad
Ustaz Abdul Somad (UAS) bertemu dengan capres Prabowo Subianto. Keduanya berbincang soal Pilpres 2019. Seperti apa? Pertemuan dan perbincangan itu diunggah di channel YouTube, Kamis (11/4/2019). Video pertemuan itu berdurasi 12.45 menit. “Terima kasih Ustaz bisa berjumpa dengan saya. Saya mengikuti Ustaz banyak keliling di Indonesia, apa yang Ustaz lihat selama keliling Indonesia akhir-akhir ini?” kata Prabowo di awal perbincangan. Berikut adalah transkrip dialog yang terjadi di antara keduanya: Prabowo Subianto: Terimakasih Ustadz, bisa jumpa dengan saya. Saya mengikuti, ustadz sudah banyak berkeliling di Indonesia. Nah, apa yang ustadz lihat selama keliling di Indonesia, akhir-akhir ini. UAS: Saya susah saya bilang mengawali ceramah itu. “Mari kita dengar tausiyah dari Al-Mukarram Abdul Somad”. Begitu saya naik ke atas, semua orang (mengangkat dua jari simbol Capres 2 sambil bilang): “Ustadz…”. Saya bilang; “kalian kan punya jari sepuluh. Kenapa yang diangkat cuman dua”. (Prabowo Subianto dan UAS tertawa kecil). UAS: Itu saya ucapkan untuk menetralisir. Karena ini kan ada Panwaslu, Bawaslu. (Prabowo Subianto: Iya benar) UAS: Saya tidak ingin Tabligh Akbar itu menjadi politik. Udah turun, sampai protokol bilang; “Jamaah, tolong jangan acungkan jari”. Prabowo Subianto: Itu dimana-mana, Ustadz? UAS: Dimana-mana pak. Bapak bisa lihat rekaman (ceramah saya). Nanti ketika saya sampaikan; “Mari kita bershalawat”. Kan untuk merubah suasana. “Shalalahu ‘ala Muhammad”, umat begini lagi (UAS menunjukkan dengan menggoyangkan tangan dan mengacungkan dua jari). Prabowo Subianto: Rata-rata dimana-mana ya Ustadz?. UAS: Rata-rata. Dari mulai ujung Aceh sampai ke Pulau Madura, sampai ke Sorong. Jadi, saya melihat ini, umat sedang berharap besar pada bapak. Itu yang saya lihat. Jadi ada satu keranjang amanah, Ijtima Ulama mengamanahkan ini amanah Allah taala, melalui firasat Ijtihad Ulama. Tapi umat juga. Jadi ada dua dukungan, ulama dengan umat. Mereka berikan. Dalam keranjang ini, ada pisau, ada bunga, ada buah, ada pena. Maka dua pesan Allah:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا “Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu menyampaikan amanat kepada yang layak menerimanya…” (potongan QS An-Nisa’: 58) Bapak letakkan amanah ini, yang pisau bapak beri ke anak-anak muda, karena mereka akan pergi ke hutan berburu. Yang buah, bapak berikan ke anak-anak, agar mereka makan buah supaya fresh. Yang bunga bapak berikan kepada anak gadis, agar mereka berikan kepada suaminya yang sudah menikah. Sedangkan pena bapak berikan kepada ulama supaya menulis. Jangan bapak berikan pisau kepada anak kecil. Dia akan melukai. Letakkan amanah ini sesuai dengan tempatnya. Dan pesan Allah yang kedua:
وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ “Dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil…” (sambungan QS An-Nisa’: 58) Begitu Ijtima Ulama berkumpul dan umat menyambut, ini amanah sedang di pundak bapak, bapak (mesti) adil. Adil. Jangan bapak beri (ke salah satu pihak) terlalu besar, (tapi ke yang lainnya kecil). Bapak lihatlah. Dengan keadilan. Hadits Rasul: سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: اَلْإِمَامُ الْعَادِلُ… “Tujuh golongan yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yang pertama, Imam (pemimpin) yang adil… (Hadits shahih, diriwayatkan salah satunya oleh Bukhari (No. 660, 1423, 6479, 6806)) Mudah-mudahan bapak termasuk (kedalam golongan pemimpin yang adil) Prabowo Subianto: Aamiin. Jadi saran Ustadz, apa yang harus saya lakukan? UAS: Buah durian, kalau hanya sekedar berputik, orang cuek. Tapi kalau dia sudah berbuah harum ranum, maka ada orang akan melempar, monyet akan naik. Sekarang buahnya sedang harum. Maka bapak (harus) tabah, kuat, serahkan pada Allah. “Laa Hawla wa Laa Quwwata Illa Billah”. Ini jihad yang paling besar. Jihad menjadi pemimpin. Sampai-sampai kata Imam Ahmad bin Hanbal menyatakan: “Seandainya doamu makbul dan doa itu cuma satu, maka mintalah pemimpin yang adil” (tertulis dalam Al-Furu’, 2:120). Prabowo Subianto: Itu doa dari? UAS: Imam Ahmad bin Hanbal atau Imam Hambali. Seandainya doamu makbul dan doa itu cuma satu, maka mintalah untuk Republik Indonesia itu pemimpin yang adil. Kalau bapak adil, seluruh negeri ini akan mendapatkan keadilan. Prabowo Subianto: Mungkin ada lagi pesan-pesan atau harapan-harapan perjuangan kita? UAS: Saya kan dulu selalu mengatakan kalau saya ikut Ijtima Ulama. Lalu setelah ulama berijtima dan berkumpul, jatuh pilihannya kepada bapak. Kemudian (saya) keliling-keliling kemana-mana, saya melihat umat meneriakkan; “Prabowo! Prabowo!”. Tapi saya masih…..(UAS diam tak melanjutkan kalimatnya) UAS: Karena mata kita kadang tertipu. Di sungai kita lihat ada tongkat bengkok. Tapi ketika kita tarik, ternyata lurus. Mata menipu. Saya khawatir jangan-jangan saya tertipu dengan bapak. Oleh sebab itu, saya cari ulama yang tidak masyhur, tidak populer. Yang sekarang ini ulama yang masyhur. Yang di Youtube yang di TV. Tapi ini (yang saya cari), ulama yang tidak dikenal orang. Tapi mata batin (bashirah)nya bersih. Allah bukakan hijab kepada dia. Ini ulama-ulama yang tidak perlu materi. Mungkin bapak tidak kenal mereka. Dan saya tidak pernah tanya kepada mereka; “kira-kira saya pilih yang mana”. Ngga. Saya biarkan dia baca hati saya. Ngerti ngga dia dengan hati saya. Dan ketika datang, saya dekati telinga saya ke dia. Apa kata dia; “Saya mimpi 5 kali ketemu dia”. Saya tanya; “siapa?”. Dia jawab; “Prabowo”. Kalau mimpi satu kali, boleh jadi dari Syetan. Lima kali dia mimpi dia lihat bapak. Itu sinyal dari Allah. Saya jalan lagi, saya cari lagi ke tempat lain. Ketika salaman, dekati telinga saya, dia bisiki; “Prabowo”. Nama bapak dia sebut. Ini ulama-ulama yang tidak dikenal karena hebatnya di tengah masyarakat. Bukan viral seperti saya. Saya datang ke satu tempat. Ini unik, aneh. Dia tidak mau makan nasi kalau berasnya dibeli di pasar. Berasnya ditanam sendiri. Karena kalau beli di pasar, (khawatir ada unsur) riba. Dia hanya minum kalau sumurnya digali sendiri. Dan tidak mau menerima tamu perempuan. Dan pernah menteri datang, diusir. Menteri datang, dia usir: “pulang”, katanya. Saya khawatir, begitu datang saya, dianggap niatnya Somad tidak baik, diusir pulang. Malu saya. Tapi saya tetap nekat datang. Biasanya tamu kalau kesana, dua menit tiga menit, minta doa terus “udah, sana” (disuruh pergi). Saya datang. Setengah jam, pak. 30 menit, dia bicara empat mata dengan saya. Di akhir pertemuan pas mau pulang dia bilang: “Prabowo”. Prabowo Subianto: Dia bilang begitu? UAS: Dia bilang begitu. Jadi, saya berpikir lama. Ini kalau saya diamkan (isyarah para ulama) sampai Pilpres usai. Kenapa mereka cerita ke saya, tiap malam saya berpikir, kenapa mereka cerita ke saya. Berarti saya harus sampaikan. Kalau tidak, ini seumur hidup sampai saya mati dalam penyesalan. Abdul Somad kenapa tidak kau ceritakan? Setelah ketemu ini, selesai, kuserahkan semuanya kepada Allah SWT. Kuserahkan semuanya kepada Engkau ya Allah, yang penting sudah kusampaikan. Plong. Malam ini saya bisa tidur lelap. Hanya saja, tentunya fitnah tentu banyak. (Prabowo menyeka air matanya. Matanya sembab) UAS: Kalau bapak memang duduk nanti menjadi Presiden. Terkait dengan saya pribadi, dua saja. Pertama, jangan bapak undang saya ke Istana. Biarkan saya berdakwah masuk ke dalam hutan. Karena memang saya dari awal dari sana. Saya orang kampung. Saya masuk hutan ke hutan. Yang kedua, jangan bapak beri saya jabatan. Apapun. Saya diantara 40 cucu mbah kakek saya, dia bilang; “cucuku yang ini, satu ini hanya sekolah agama untuk mendidik umat”. Sudah. Selesai. Makanya tak pernah sekolah umum.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: