Bukan Lagi Terhebat

Bukan Lagi Terhebat

0 Barcelona v Bayern 3 (Bayern lolos dengan agregat 7-0) BARCELONA - Ketika kalah dari AC Milan pada first leg babak 16 besar Liga Champions dan tersingkir dari Real Madrid di semifinal Copa del Rey, era kejayaan Barcelona dianggap mulai habis. Kini, kekalahan dari Bayern Muenchen semakin menegaskannya. Bukan hanya kalah, Barca dipermalukan. Mereka mencatat kekalahan agregat terbesar sepanjang masa di semifinal Liga Champions. Itu terjadi setelah kalah 0-3 (0-0) dari Bayern pada second leg semifinal kemarin dini hari WIB. Sebelumnya, pada first leg semifinal (23/4), Barca sudah dihajar 0-4, sehingga mereka kalah agregat 0-7. Berbeda dengan ketika melawan Milan, di mana mereka tertinggal 0-2, spirit remontada alias bangkit, mereka terus suarakan. Melawan Bayern, Barca seperti sudah menyerah sejak awal laga. Entrenador Barca Tito Vilanova sengaja menyimpan Lionel Messi di bangku cadangan. Setelah kebobolan gol Arjen Robben di menit ke-48, Vilanova menarik keluar Xavi Hernandez dan Andres Iniesta. Setelah itu, Barca bermain tanpa harapan. Mereka kembali kebobolan melalui gol bunuh diri Gerard Pique di emnit ke-72 dan tandukan striker muda Bayern Thomas Mueller di menit ke-76. Lengkaplah penderitaan Barca di markasnya, Nou Camp. Kekalahan telak secara agregat itu menghadirkan pertanyaan, apakah ini akhir dari era kejayaan Barca yang dibentuk Josep Guardiola pada 2008? Secara kebetulan, Guardiola justru akan melatih Bayern mulai musim depan menggantikan Jupp Heynckes. Buru-buru Vilanova menolak anggapan itu. \"Bayern Muenchen bisa menang karena mereka memiliki semua pemain dalam kondisi fit, tetapi kami justru kehilangan banyak pemain inti. Saya yakin, kalau kami turun kekuatan penuh, segalanya berbeda,\" katanya, seperti dikutip Reuters. Komentar berbeda keluar dari mulut Pique. \"Kami harus mengambil beberapa keputusan penting pada musim panas nanti. Kami sekarang bukanlah yang terbaik. Ada tim lain yang lebih baik. Mungkin kami perlu bekerja lebih keras untuk kembali ke posisi itu,\" jelasnya. Bagi Bayern, kemenangan itu bukan hanya mengantar mereka ke final sesama tim Jerman, melainkan membalas sakit hati atas kekalahan dengan agregat 1-5 pada perempat final 2008-2009. Sebelumnya, rival Bayern, Borussia Dortmund lebih dulu lolos dengan menyisihkan Real Madrid. \"Ini tidak semudah yang terlihat. Tim saya sangat fokus, kami menyadari bisa kembali menang pada second leg. Kami juga mampu membuat Barca tidak berkutik dengan strategi mereka,\" jelas Jupp Heynckes, pelatih Bayern. Berbeda dengan Heynckes yang berusaha rendah hati, winger Bayern Arjen Robben menilai, mengalahkan Bayern ternyata tidak begitu sulit. \"Kami mengalahkan tim terbaik di dunia beberapa tahun terakhir dengan skor 4-0 dan 3-0,\" kata pemain Timnas Belanda itu. Dia menilai, sangat layak bagi Bayern mencapai final setelah performa stabil yang mereka tunjukkan dalam empat musim terakhir. Ya, empat musim terakhir mereka tiga kali lolos ke final. Dua final sebelumnya, Bayern kalah dari Inter Milan pada 2009-2010 dan kalah dari Chelsea pada musim lalu. (ham)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: