Begini Tarawih Kilat ala Jamaah Padepokan Anti Galau

Begini Tarawih Kilat ala Jamaah Padepokan Anti Galau

CIREBON-Selalu ada kegiatan saat bulan Ramadan di Padepokan Anti Galau Desa Sinarancang, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon. Seperti Senin malam lalu (6/5) ratusan jamaah laki-laki dan perempuan memenuhi pendopo padepokan mengikuti Salat Tarawih berjamaah. Azan Isya berkumandang ketika rombongan jamaah Padepokan Anti Galau berduyun-duyun menuju aula pendopo yang berada di belakang kompleks Padepokan Anti Galau. Di dalam pendopo sendiri sudah terlihat banyak jamaah yang menunggu masuknya waktu Salat Isya. Salah seorang jamaah kemudian berdiri sambil membaca iqamah ketika Pimpinan Padepokan Anti Galau HM Ujang Bustomi berjalan ke tempat imam. Awalnya tidak ada yang berbeda. Pelaksanaan Salat Isya seperti biasa. Tidak ada tempo atau jeda waktu yang berbeda jauh dengan kebiasaan masyarakat pada umumnya. Hanya pada waktu memasuki Salat Tarawih dimulai, perbedaan pun langsung terasa. Sang imam yang tidak lain HM Ujang Bustomi melafalkan surat Alfatihah dengan cepat, disusul dengan bacaan surat-surat pendek dengan irama yang sama cepatnya. Salat pun terasa sangat cepat. “Tidak ada larangannya (salat cepat, red). Dibolehkan dan ada dalilnya. Semua rukun dalam ketentuan dilaksanakan. Yang tidak boleh itu yang tidak salat,” ujarnya ditemui Radar Cirebon usai Salat Tarawih. Pria yang juga ketua PC GP Ansor Kabupaten Cirebon itu pun tidak khawatir dicap sesat ataupun tidak sesuai dengan pelaksanaan Salat Tarawih pada kebanyakan tempat. Menurutnya, apa yang ia lakukan tersebut bisa dipertanggungjawabkan, baik di dunia ataupun di akhirat. “Yang kita laksanakan tadi (Salat Tarawih, red) 20 rakaat ditambah 3 rakaat witir. Semuanya dua puluh tiga rakaat. Ini sesuai dengan kaidah dan ketentuan manapun,” imbuhnya. Meskipun terlihat ngebut dan serba cepat namun tidak ada satupun jamaah yang mengeluh ataupun terganggu. Hal ini, menurut Ujang, karena salat cepat di Padepokan Anti Galau sudah dilakukan sejak bertahun-tahun lalu dan sudah menjadi tradisi. “Jamaah yang datang ke sini itu dari berbagai kalangan umur. Ada anak-anak, ada orang tua, dan ada yang masih mudah juga. Insya Allah tidak ada efek samping negatif dari salat ini. Tidak ada yang sakit, semuanya kuat,” bebernya. Untuk menuntaskan total 23 rakaat tersebut, dikatakan Ujang, ia membutuhkan waktu kurang dari 10 menit. Tepatnya sekitar 7 sampai 8 menit. Menurutnya, selain di tempatnya tersebut, metode salat cepat juga ada dan dilaksanakan di berbagai daerah lainnya. “Jadi jangan dilihat pro dan kontranya. Yang terpenting semua bacaan dan rukun salatnya terpenuhi, maka sudah sah dan Insya Allah diterima,” katanya. Saat ini, menurut Ujang, padepokannya tersebut secara rutin menggelar tarawih berjamaah. Para jamaahnya pun mayoritas berasal dari desa setempat, namun banyak pula yang berasal dari luar desa yang sengaja datang untuk ikut merasakan salat tarawih kilat di tempatnya tersebut. “Mayoritasnya sih dari desa setempat. Tapi ada beberapa yang dari luar desa juga. Siapa pun kita terima, asalkan niatnya ibadah dan untuk silaturahmi,” pungkas Ujang. (dri)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: