Pasang Surut Bisnis Kedai Kopi Menjamur

Pasang Surut Bisnis Kedai Kopi Menjamur

Belakangan ini, semakin banyak masyarakat yang memiliki kebiasaan kongko. Bisnis kafe, rumah kopi, semakin digandrungi. Hampir di setiap ruas jalan ada. Jumlahnya terus bertambah. Bisa dibilang, masih terus menjamur. Meski ada juga yang mulai berjamur. SEJAUH ini, belum ada data pasti atau survei terkait jumlah kafe, juga kedai kopi di Kota Cirebon. Jumlahnya diperkirakan ratusan. Dari skala besar, hingga kecil. Dari mulut gang, sampai pintu mal. Di salah satu suplier saja, ada 50 kedai yang menginduk. Salah satu indikatornya ialah perolehan pajak daerah dari sektor retoran yang terus naik. Untuk tahun ini saja, targetnya Rp48,3 miliar. Perolehannya cukup menggembirakan. Sampai 26 Juni, sudah di angka Rp26,8 miliar atau 55,53 persen. Namun, di tengah bisnis yang sedang semerbak ini, banyak pula yang jatuh bangun. Tak kuat dengan persaingan. Diperkirakan, dalam beberapa tahun ke depan, bisnis ini masih akan menjanjikan. Meksi beberapa pemilik kedai kopi menolak menyebut keikutsertaannya di bisnis ini karena faktor tren. Owner Paper and Sip, Yolanda Putri menyatakan, bisnisnya berangkat dari melihat peluang. Kehadiran coffee shop di Cirebon, pastinya butuh mesin, bahan-bahan dan lainnya. Ini dibuktikan dengan survei yang dilakukannya. Tahun 2018, banyak coffee shop baru di Cirebon yang mengambil bahan ataupun mesin dari Bandung. Atas dasar ini, Yolanda membuka Toffin yang khusus menjual flavour dan mesin kopi. Benar saja, banyak sekali coffee shop yang buka saat itu, V60 dan mesin espresso jelas jadi buruan utama. Sejauh ini, ia mensuplai flavour ke 120 coffee shop di Ciayumajakuning. Dari jumlah itu, sekitar 50 di antaranya ada di Kota Cirebon. Seiring berjamurnya coffee shop, client yang datang biasanya berkonsultasi untuk membuat sebuah flavour baru. Dari situ pihaknya pun harus meracik rasa baru. Semakin banyak client ia pun semakin sering meracik, sampai akhirnya ia pun memberanikan diri untuk membuka coffee shop yang untuk umum dengan memanfaatkan halaman rumahnya. Sejauh ini, Yolanda melihat, lifestyle ngopi masyarakat Cirebon sudah mengikuti kota besar. Di sini mereka masih mencari yang \"worth it\". Sementara itu, Kopi Kulo, salah satu brand kopi ternama yang sebelumnya hadir di salah satu mall, baru-baru ini membuka cabang sendiri dengan konsep coffee shop. Owner Kopi Kulo Cirebon, Christoper Indrawanputra menuturkan, market di Cirebon cukup baik sejauh ini, untuk itulah ia memberanikan diri untuk membuka cabang kedai kopi kulo dengan konsep tempat nongkrong yang nyaman dan menarik. \"Ada fasilitas seperti AC dan free wifi yang saya sediakan untuk menarik pelanggan itu sendiri,\" terangnya. Sebelum membuka coffee shop di Cirebon, ia juga menurutkan pernah membuka coffee shop di ibukota. Menurutnya kopi menjadi salah satu minuman yang dibutuhkan bagi anak muda untuk menemani belajar, pekerja kantoran, maupun pengusaha. Namun menurutnya cukup berbeda market di Cirebon dan ibukota. Di ibukota penjualannya lebih banyak menggunakan Go Food atau delivery via aplikasi lainnya, sedangkan di Cirebon lebih banyak pembeli yang datang langsung dan menghabiskan waktu di kedai kopi. \"Prosentasinya bisa dibilang hampir seimbang ya antara anak muda maupun orang tua tapi kalau dibilang lebih banyak ya mungkin lebih banyak pelajar dan mahasiswa,\" jelasnya. Ia juga merasakan, persaingan bisnis coffee shop di Cirebon. Semakin banyak pemain, tentu persaingan juga makin ketat. Bahkan sampai ada yang menjiplak juga sampai dengan nama menunya pun sama persis. “Kalau bagi saya, kucinya di kualitas dan inovasi. Kalau kualitas buruk, siapa mau beli,” katanya. Dalam waktu dekat, ia pun berencana akan berekspansi ke Kabupaten Cirebon.Tepatnya ia akan membuka cabang baru di Sumber. Di tempat terpisah, Owner Kopi Roemah Kesambi, Setya Wuryanti mengungkapkan, setiap kedai kopi memiliki ciri khas tersendiri. Dia memilih, tagline rumah kreatif untuk rumah kopinya tetap dipertahankan. Menurutnya untuk bersaing di bisnis kopi dengan kondisi banyaknya kedai kopi yang bermunculan, identitas dan kekhasan kedai kopi harus dipertahankan. \"Kami mempertahankan konsep rumah kreatif yang bisa membawa pecinta kopi yang ingin berkumpul dan menuangkan ide kreatif di sini, sehingga kami tetap menjadi pilihan,\" jelasnya. (apr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: