Sejak Usia 5 Tahun, Rendi Menderita Lumpuh

Sejak Usia 5 Tahun, Rendi Menderita Lumpuh

CIREBON-Penuh penderitaan keseharian yang dijalani Rendi Adli Nugroho (8). Bocah asal Desa Kaliwedi Kidul, Kecamatan Kaliwedi, Kabupaten Cirebon, itu terbaring lemah akibat penyakit kelainan saraf yang diderita sejak usia 5 tahun. Jangankan berdiri, sekadar duduk pun sulit. Anak pertama dar pasangan suami istri (pasutri) Ade Susanto (34) dan Linda (31) itu hanya bisa menangis menahan rasa sakit ketika terbangun dari tidur. Tak bisa ke mana-mana. Kondisi tersebut sudah berlangsung tiga tahun terakhir ini. Ketiadaan biaya membuat Ade Susanto dan Linda tak bisa membawa Rendi berobat secara intensif. Sang ayah bekerja sebagai pencari barang bekas. Uang yang didapat tak menentu. Pihak keluarga sebenarnya sempat membawa Rendi ke RSUD Arjawinangun. Ketika penyakit lumpuh itu mulai menyerang Rendi. Mereka menggunakan SKTM sekali pakai. Di luar itu, keluarga tak mendapat bantuan apa-apa. Ketika usia Rendi terus beranjak, Ade Susanto dan Linda juga ingin sang anak bisa pulih dan kembali seperti sedia kala. Mereka pun berniat membawa Rendi menjalani pengobatan terapi di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. “Dengar info katanya ada pengobatan terapi saraf di Banyuwangi dan banyak yang sembuh. Jadi pengen juga ke sana, cuma uang harus dipersiapkan. Untuk ke sana pasti tidak sedikit uang yang dikeluarkan,” ucapnya kepada Radar Cirebon. Dituturkan Ade, penyakit anaknya berawal dari demam tinggi yang dirasakan saat usianya lima tahun. Saat itu sang ibu membawanya ke pijat tradisional. Bukannya membaik, esok paginya Adli lemas tidak berdaya dengan tangan yang bergetar. Setelah diperiksakan ke rumah sakit, Adli mengalami penyakit kelainan saraf motorik di kaki yang menjalar hingga kepala. Kini, anak pertama dari dua bersaudara itu hanya bisa terbaring. Untuk berbicara juga tidak bisa. Sesaat setelah bangun dari tidur, otot-ototnya mengeras. Meski asupan makannya terpenuhi dengan baik, tapi tubuhnya kurus kering. Berbagai pengobatan tradisional, telah dijalani. Hasilnya tidak kunjung membaik. Belum ada bantuan dari pihak manapun yang pernah diterima keluarga. Linda mengatakan, sejak lahir hingga usia lima tahun anaknya seperti balita pada umumnya. Tidak ada riwayat penyakit apapun yang dimiliki keluarga. Keluarga ini tinggal di gubuk sempit dengan dinding triplek di tanah milik pemerintah. Penghasilan menjual barang bekas yang rata-rata mendapatkan Rp70.000 tiap hari, sangat disyukuri. Upaya memberikan asupan susu untuk tulang sang anak, selalu dilakukan. “Namanya untuk anak apa juga dilakukan. Nggak ada juga diada-adain. Keadaannya ya seperti ini, kalau bangun nangis. Setelah bangun tidur sarafnya mengeras, kemudian nggak lama baru normal lagi. Buang air besarnya juga keras nggak seperti anak seusianya,” terang Linda. (ade)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: