Dulu Daftar Haji saat Kelas 6 SD, Pas Berangkat Usia 18 Tahun

Dulu Daftar Haji saat Kelas 6 SD, Pas Berangkat Usia 18 Tahun

CIREBON-Musim haji tahun 2019 segera dimulai. Diawali dengan keberangkatan beberapa kelompok terbang (kloter) dari sejumlah embarkasi pada Sabtu 6 Juli.  Sementara untuk Kota Cirebon, calon jamaah haji (calhaj) tengah bersiap, menanti jadwal berangkat pada Minggu 29 Juli. Salah satunya Nurul Yaqin. Ia merupakan jamaah haji termuda dari Kota Cirebon. NURUL Yaqin begitu antusias. Dari raut wajahnya, ia tak bisa menyembunyikan kegembiraannya dapat menjadi tamu Allah. Ia menceritakan proses dirinya menjadi salah satu dari 322 jamaah haji asal Kota Cirebon. “Alhamdulillah senang Mas, senang banget,” kata Nurul Yaqin penuh semangat saat ditemui Radar di rumahnya di Jl Bandeng, Kelurahan Panjunan, Selasa (2/7). Anak pertama dari pasangan H Imam Nurkholis dan Hj Azizah itu mengatakan awalnya ia tidak mengetahui jika dirinya terdaftar sebagai jamaah haji yang berangkat tahun ini. Kedua orang tuanyalah yang mendaftarkannya menjadi tamu Allah. “Tahunya pas awal tahun, ketika mulai mengurus dokumen dan persyaratan-persyaratan lainnya,” tutur pemuda kelahiran Sampang, Madura, 28 Mei 2001 itu. Sejak saat itulah dirinya mulai sibuk mengurus berbagai dokumen dan persyaratan lain yang diperlukan. Proses tersebut terasa sulit karena ia juga harus membagi waktu dengan jadwal perkuliahan di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Cianjur. Sebagai mahasiswa semester 3 jurusan Syariah, ia harus beberapa kali pulang pergi Cianjur-Cirebon untuk mengurus berbagai dokumen persyaratan serta pemeriksaan dan vaksin. “Pemeriksaan kesehatannya juga lebih banyak daripada umrah,” ucap Nurul Yaqin. Ya, Nurul Yaqin pernah menjalani ibadah umrah pada tahun 2015 lalu. Hal itu juga yang membuat dirinya merasa terbantu karena tidak harus kembali mengurus paspor.  Karena kesibukan di perkuliahannya itu pula, ia kerap bolos saat jadwal manasik haji. Selama proses manasik, ia hanya ikut satu hari, yakni di hari terakhir atau saat perpisahan. “Saya ikut satu hari, tetapi saya yakin bisa menjalani rukun-rukun ibadah haji karena tidak jauh berbeda dengan ibadah umrah,” kata alumnus MTs dan MA Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan, Jawa Timur, tersebut. “Insya Allah saya hafal proses-prosesnya. Dan nanti kan juga dipandu sama petugas. Jadi Bismillah saja,” lanjut Nurul Yaqin lalu tersenyum. Saat mengikuti manasik itulah, ia sempat mendapatkan pertanyaan dari salah satu jamaah haji. Jamaah haji itu heran, karena biasanya jamaah haji berusia lanjut. “Saya bilang, saya daftarnya sudah lama Bu,” cerita Nurul Yaqin. Dari cerita sang ibu, Hj Azizah, ia baru tahu jika namanya sudah terdaftar sebagai calon jamaah haji sejak usia 12 tahun atau saat kelas 6 SD. Saat itu ia dan keluarga baru 6 tahun menjadi warga Kota Cirebon dan meninggalkan kampung halamannya di Desa Trebun, Kecamatan Sreseh, Kabupaten Sampang, Madura. Sang ayah membuka usaha toko material bangunan di kawasan Ciperna. Ia bahkan mengetahui jika saat itu sang ayah mendaftarkan dirinya melalui program dana talangan haji dari salah satu bank. Kemudian orang tuanya melunasi biaya haji dengan mencicil selama satu tahun. “Bersyukur juga karena dimajukan. Seharusnya kan menunggu 8 tahun. Karena ada tambahan kuota, dimajukan tahun ini berangkatnya,” terang Nurul Yaqin. Sebagai seorang muslim, ia betul-betul menyadari jika kesempatan berhaji adalah rezeki terbaik untuk dirinya. Ia juga bersyukur dapat berangkat saat masih usia muda. Sebab kebanyakan jamaah haji baru mendapatkan kesempatan saat usia senja. Dan saat keberangkatan nanti 29 Juli, usia Nurul Yaqin adalah 18 tahun 2 bulan 1 hari. “Alhamdulillah, mungkin ini juga hadiah dari orang tua karena saya lulus dari pondok pesantren dan melanjutkan kuliah,” tuturnya. Jika tidak ada halangan, ia akan berangkat ke Tanah Suci bersama kedua orang tuanya. Sejauh ini seluruh persiapan telah ia lakukan. Hanya satu hal yang masih menjadi pertanyaan dalam dirinya adalah berapa uang saku yang diberikan kedua orang tuanya. “Kalau abah (ayah, red) sudah bilang mau ngasih Rp5 juta, kalau umi (ibu, red) belum tahu. Bisa lebih banyak bisa lebih sedikit,” katanya lalu tertawa dan melirik ke arah Hj Azizah, ibunya. Sementara sang ibu, Hj Azizah, mengaku masih memiliki keinginan untuk memberangkatkan ketiga anaknya ke Tanah Suci. Rencana itu akan ia lakukan segera sepulang dari Tanah Suci nanti. Ia ingin ketiga anaknya yang lain juga merasakan apa yang dirasakan sang putra sulung; Nurul Yaqin. “Ada rencana itu. Secepatnya setelah anak saya yang kecil usia 12 tahun. Karena pendaftaran minimal usia 12 tahun katanya,” tutur Hj Azizah. (day/bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: