Demi Naik Haji, Veteran Perang Kemerdekaan 19 Tahun Kumpulkan Uang

Demi Naik Haji, Veteran Perang Kemerdekaan 19 Tahun Kumpulkan Uang

CIREBON-Melaksanakan ibadah haji merupakan suatu keistimewaan yang tak bisa didapatkan semua muslim. Pun kapan dan bagaimana cara memenuhi panggilan suci tersebut. Seperti halnya Saidi, yang baru dapat memenuhi rukun Islam kelima itu saat usia 89 tahun lebih. Ia pun tercatat sebagai calon jamaah haji (calhaj) tertua dari Kota Cirebon. Di sore yang teduh, jauh dari bisingnya kota, Saidi tampak santai. Ia duduk di teras rumah sederhananya, di atas kursi berbahan dasar ban bekas, ditemani sang istri tercinta, Kusniah. Di balik sosoknya yang santai dan enak diajak ngobrol, barangkali tidak ada yang menyangka jika pria kelahiran Cirebon 15 Juni 1930 itu merupakan veteran perang kemerdekaan. Ia pernah terlibat perang merebut kemerdekaan dari penjajah, membela NKRI dari pemberontakan DI/TII tahun 1953 dan Gerakan 30 September (G-30S PKI) tahun 1965. Selama bertugas dari tahun 1949 hingga 1978, ia telah beberapa kali berpindah tugas. Diawali di Bandung, Majalengka dan Kuningan. Terakhir ia berdinas di Cirebon menjelang masa pensiun. Meski telah lama berlalu, beberapa momen penting masih ia ingat selama berjuang merebut kemerdekaan dari tangan penjajah Belanda, Jepang, dan Belanda lagi. “Pokoknya perang aja. Dari mulai senjata bambu  runcing, sampai saya diberi senjata sama pasukan Jepang pas nyerah,” ujar Saidi. “Pernah satu kali, kita menyerbu markas tentara Belanda di Bandung. Kita masuk jam 9 malam dan pertama kita lumpuhkan penjaganya. Waktu itu hampir tertangkap, pasukan Belanda tahu dan mencari kita. Saya sembunyi di semak-semak dengan pakaian dibalut rumput dan daun. Hampir ketahuan, cahaya senter hampir ke wajah saya,” lanjutnya. Pun ketika pemberontakan DI/TII dan PKI, ia terlibat berjuang mempertahankan NKRI dan Pancasila. Ia tidak ingin sejengkal tanah pun jatuh kepada pihak-pihak yang menghendaki Indonesia terpecah-belah. “Tapi itu dulu, sekarang ya di rumah saja. Menikmati hari tua,” kata Saidi. Ya, Pak Saidi, begitu ia disapa para tetangga, warga RT 03 RW 04 Kelurahan Kalijaga, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, itu tengah menikmati masa senja sekaligus menanti sebuah peristiwa besar dalam hidupnya, ibadah haji. Perjalanan spiritual yang telah ia impikan sejak puluhan tahun lalu. Kepada Radar Cirebon, ia bercerita, keinginan memenuhi panggilan ke Tanah Suci sudah tidak bisa dipendam. Khususnya sejak memasuki usia 60-an tahun. Mulai saat itu, ia berusaha mengumpulkan pendapatannya hingga tercatat dalam Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI). “Saya daftar haji itu tahun 2015. Anak saya yang mendaftarkan sampai mengurus dokumen,” ujarnya. Uang tersebut ia kumpulkan selama 19 tahun dengan menyisakan sisa uang yang diterima sebagai veteran. Setiap bulan, minimal ia mendapat Rp2,7 juta. Menggunakan sebagian untuk kebutuhan pribadi, selebihnya ditabung. “Saya tabung terus. Setiap hari seribu, dua ribu, saya celengi,” tutur kakek dengan 10 cucu itu. Setelah terkumpul, pada tahun 2014 ia kemudian membelanjakan uang tersebut dengan membeli sawah milik tetangga. Namun ia lupa berapa total uang tersebut. Sawah seluas sekitar 500 meter persegi itu kemudian ia jual kembali di tahun berikutnya. “Karena memang sudah saya niatkan, sawah itu akan saya jual dan uangnya untuk haji. Nggak tahunya laku, ya langsung saya daftar haji,” ucap Saidi senang. Sebagai seorang suami, ia sejatinya ingin mengajak sang istri, Kusniah, untuk berangkat ke Tanah Suci bersama. Namun apa dikata, sang istri saat itu mengalami sakit keras dan harus dirawat di rumah sakit selama berbulan-bulan. “Setelah ngantre 3 tahun akhirnya bisa berangkat tahun ini. Alhamdulillah,” katanya. Namun, berbeda dengan jamaah haji lainnya, Saidi mengaku tidak melakukan persiapan khusus menjelang keberangkatannya ke Baitullah. Ia mengaku pasrah dan hanya menyiapkan niat untuk sepenuhnya beribadah kepada sang Khaliq. Ia mengaku hanya berusaha agar ibadah haji yang dijalani dapat berjalan lancar dan tanpa halangan. Ia pun tidak pernah absen mengikuti manasik haji. “Saya ikut terus, yang di lapangan Arhanud itu seminggu. Terakhir di Korem itu tiga hari. Mohon doanya agar ibadah kami lancer,” pungkas Saidi. (day)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: