Cerita Pak Sutopo: Sakit Luar Biasa, Morfin Tidak Mempan Hingga Pijatan Ibu Redakan Nyeri Akibat Kanker
Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Kepala Pusat Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho meninggal dunia di Guangzhou China, Minggu (7/7/2019) sekitar pukul 02.00 waktu setempat atau pukul 01.00 Waktu Indonesia Barat. https://twitter.com/Sutopo_PN/status/1112181833209270273?s=19 Kanker paru yang menjadi penyakit Kepala Humas dan Pusat Data BNPB Sutopo Purwo Nugroho hingga ia berpulang disebutkan telah menyebar ke tulang dan organ lainnya hingga merenggut nyawanya. \"Kanker yang dideritanya telah menyebar ke tulang dan beberapa organ vital tubuh,\" demikian keterangan resmi dari Humas BNPB yang diterima di Jakarta, Minggu. Sutopo Purwo Nugroho berpulang pada Minggu, 7 Juli 2019 sekitar pukul 02.20 waktu Guangzhou atau sekitar pukul 01.20 WIB. Sutopo meninggalkan Tanah Air untuk menjalani pengobatan kanker paru-paru stadium lanjut di Guangzhou, China, pada 15 Juni 2019. Setelah berjuang melawan penyakit kanker paru yang sudah diidapnya sejak awal tahun 2018. Sutopo yang divonis kanker paru stadium empat saat pertama kali mengetahui penyakitnya mengaku kaget karena dirinya bukan perokok dan menjaga pola makan sehat. Dalam beberapa unggahan foto di akun media sosial Instagram miliknya Sutopo juga sering menceritakan bahwa penyakit kanker yang dideritanya terasa sangat menyakitkan. \"Sakit kanker yang sudah metastase ke tulang itu sakitnya Iuar biasa. Nyeri terus menerus dan di banyak sendi. Diberi morfin tidak mempan menahan sakit,\" tulis Sutopo pada unggahan foto di Instagram miliknya tanggal 9 Juni 2019. https://www.instagram.com/p/ByfRTTMgdCy/?igshid=pq9okbtay8w4 Pada unggahan foto selanjutnya, yaitu unggahan foto terakhir di Instagram pribadinya, Sutopo mengunggah video sedang berada di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta. Dalam keterangan fotonya dia memohon pamit untuk pergi berobat ke Guangzhou China pada 15 Juni 2019. Di keterangan foto tersebut Sutopo kembali menyampaikan bahwa kanker yang sudah menyebar terasa amat sakit. \"Hari ini saya ke Guangzho untuk berobat dari kanker paru yang telah menyebar di bsnyak tulang dan organ tubuh lali. Kondisinya sangat menyakitkan sekali.\" tulis Sutopo. https://www.instagram.com/p/BythTq1A_oj/?igshid=chu3kxs37vez Rencananya, Sutopo menjalani perawatan di Guangzhou China selama satu bulan sejak tanggal 15. Namun Tuhan telah lebih dulu memanggil Sutopo sebelum rencana pengobatan selama satu bulan tersebut selesai dilakukan. Kepala Bagian Humas Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Taufan Maulana mengenal sosok almarhum Sutopo Purwo Nugroho sebagai seorang teladan dalam banyak hal. Salah satunya pada aspek totalitas bekerja. \"Pak Topo totalitas dengan pekerjaannya. Dia memang tekun mendalami sesuatu tidak setengah-setengah,\" kata Taufan Maulana kepada Antara di Bukittinggi, Sumatera Barat, Minggu (7/7/2019). Sutopo menjadi sosok sentral BNPB. Setiap kali ada bencana yang menerpa negeri ini, publik selalu berpaling pada keterangan Sutopo. Tak peduli sekecil apa pun bencana yang terjadi. Perannya melampaui tugasnya sebagai humas di lembaga tersebut. Sutopo Purwo Nugroho merupakan salah satu sosok paling populer di negeri ini. Jika tidak percaya, ketik namanya di mesin pencari. Dalam waktu 0,4 detik, tersedia sekitar 2,81 juta informasi terkait Sutopo. Angka ini terus bertambah, apalagi ketika terjadi bencana, seperti gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah. Hampir tiap hari ini Sutopo tampil media massa, baik elektronik, daring, hingga cetak. Telepon genggamnya pun nyaris tak berhenti, menerima pertanyaan masyarakat maupun dari berbagai instansi pemerintah. Sekalipun dikenal sebagai salah satu humas dan juru bicara dari institusi pemerintah yang paling aktif, namun Sutopo awalnya tak pernah membayangkan akan berkarir di bidang ini. Dia merupakan doktor bidang hidrologi yang menjadi peneliti di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Kemampuannya sebagai peneliti, memudahkan Sutopo dalam menyampaikan data-data yang dibutuhkan media dan publik secara cepat. Sedangkan kemampuannya menulis, menrut dia, diperoleh secara otodidak. Saat ini, dia biasa menulis di lapangan menggunakan telepon genggam. Bahkan, dia berani diuji adu cepat dengan wartawan dalam meliput dan melaporkan peristiwa jika terjadi kejadian di lapangan. Sosoknya pun semakin dicintai wartawan lantaran Sutopo tak hanya sekadar memberikan informasi terkait bencana yang berlangsung. Namun, dia juga tak segan membagikan ilmu bumi yang dikuasainya kepada wartawan agar memahami konteks bencana yang terjadi. Tak mengherankan, Sutopo mengambil studi S1 jurusan Geografi Universitas Gadjah Mada. Dia kemudian melanjutkan studi masternya denan mengambil program studi Pengelolaan DAS di Institut Pertanian Bogor (IPB). Dia lalu mendapatkan gelar doktor setelah mengambil Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan IPB. Kini, sosok pejuang yang begitu penting dan sangat membantu media di setiap peristiwa bencana itu sudah pergi. Terima kasih dan selamat jalan, Pak Topo!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: