Waduh, PPDB Offline Bikin Masalah Baru

Waduh, PPDB Offline Bikin Masalah Baru

CIREBON-Sistem zonasi dalam Penerimaan Peserta didik Baru (PPDB) tahun ini agaknya perlu dievaluasi. Tidak saja terhadap prosesnya yang sangat menyita waktu bagi orang tua calon siswa, tapi dampaknya terhadap sekolah-sekolah yang ada. Apalagi awalnya online, malah dibuka jalur offline. Sejumlah sekolah di Kota Cirebon seperti SMAN 4, SMAN 5, SMAN 7, SMAN 8 dan SMAN 9 mengalami kekurangan siswa pada PPDB Online. Alhasil PPDB pun diperpanjang hingga 15 Juli mendatang dengan sistem offline. Tentu masalah tidak selesai. Dalam praktiknya, sistem offline dimanfaatkan oleh orang tua siswa untuk mendaftarkan lagi anaknya ke sekolah lain. Padahal, namanya sudah tercantum sebagai siswa yang telah diterima di sekolah pilihan kedua. Selain itu, adapula kecurigaan orang tua siswa akan adanya jual beli kursi. Di SMAN 8 dan SMAN 9 jumlah siswa yang mendaftar masih jauh dari kuota keseluruhan. Menurut Yana Kuswana, Wakasek Kurikulum SMAN 8, kekurangan siswa akan berpengaruh pada jumlah rombongan belajar (rombel). Jumlah rombel yang menurun, berpengaruh terhadap jumlah jam mengajar para guru. “Kami sudah mengantisipasi pembuatan jadwal. Disesuaikan dengan rombel yang ada. Dampaknya ada beberapa guru tidak tetap yang tidak kebagian jam. Setelah kita beritahu akhirnya, mereka resign. Ada juga guru tetap yang jam mengajarnya kurang dari 24 jam seminggu, sehingga harus mengajar ke sekolah lain,” kata Yana. SMAN 8 Cirebon sejatinya memiliki kuota siswa sebanyak 396 siswa atau 11 rombel dengan masing masing rombel sebanyak 36 siswa. Tetapi hingga saat ini, yang diterima baru sebanyak 303 siswa. Termasuk 44 siswa dari jalur offline. Sehingga pihaknya masih kekurangan 93 siswa lagi. “Ya mudah-mudah sampai tanggal 15 nanti, yang daftar semakin banyak. Mendekati kuota yang disediakan. Paling tidak 10 rombel terisi. Sekarang 9 rombel saja belum samapai,” kata Yana. Lebih perih, imbas PPDB offline dirasakan oleh sekolah swasta. Menurut Kepala  SMK Taman Siswa Cirebon, Drs Moch Supardan, setelah diberlakukannya jalur offline, banyak siswa yang menarik berkas pendaftaranya dari sekolah sekolah swasta. “Kami waswas. Saya nggak paham ke mana larinya siswa,” ucap ketua Forum Komunikasi Kepala Sekolah Swasta (FKKS-SMK) Kota Cirebon ini. Menurutnya, sistem zonasi sebenarnya kebijakan yang bagus. Tujuanya untuk pemerataan dan mengilangkan predikat sekolah favorit-non favorit. Tetapi sayang, dalam pelaksanaanya terjadi banyak masalah. Mestinya, lanjut Pardan, seharusnya pemerintah tidak membuka lagi PPDB melalui offline. “Kalau online sudah tutup, ini konsekuensinya. Tinggal dibagi saja siswa yang ada ke sekolah yangg kurang, sehingga rombelnya berkurang di negeri. Zonasi juga mestinya berlaku juga untuk swasta, biar merata,” lanjutnya. Dirinya pun meminta kepada dinas pendidikan untuk tidak mencabut siswa yang sudah mendaftarkan diri ke swasta tetapi pada saat PPDB offline ingin pindah ke sekolah negeri. “Tapi ini juga susah. Ya karena anaknya sendiri yang pengen ke negeri,” pungkasnya. (war)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: