Alhamdulillah, Petani Haurgeulis Mulai Panen Padi

Alhamdulillah, Petani Haurgeulis Mulai Panen Padi

INDRAMAYU - Menjelang puncak musim kemarau yang diperkirakan jatuh pada Agustus 2019, para petani di wilayah Kecamatan Haurguelis bisa bernafas lega. Sebab, mereka dapat menggelar panen raya padi di tengah ancaman kekeringan yang melanda hampir di semua wilayah Kabupaten Indramayu. Tak hanya itu, kualitas hasil panen yang diperolehpun cukup baik. Kepala UPTD Pertanian Kecamatan Haurgeulis Hadi Joko Pramono mengatakan, musim panen padi baru dimulai di Desa Haurkolot. Berdasarkan hasil ubinan, produksi gabah yang diperoleh mencapai 7,5 ton per hektare dengan varietas padi Ciherang dan Cidenok. “Hasil panen cukup bagus, minim serangan hama dan OPT,” katanya kepada Radar Indramayu, Rabu (10/7). Keberhasilan ini, ungkapnya, berkat kepatuhan para petani dalam menyiasati musim tanam gadu. Sadar tanah sawah tadah hujan, mereka sudah memulai melaksanakan percepatan masa tanam pada Maret-April. Saat hujan masih turun. Petani juga menerapkan sejumlah teknologi padi yang diperkenalkan Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu serta instansi terkait. Teknologi tersebut meliputi penggunaan varietas unggul, penerapan metode tanam jajar legowo, aplikasi pupuk berimbang, serta sistem pengairan mengandalkan sumur pantek dan pompanisasi. Selain di Desa Haurkolot, musim panen diperkirakan berlanjut ke desa-desa lainnya seperti Wanakaya dan Tumaritis. “Petani di Haurgeulis sekarang sudah semakin cerdas, makin pintar menyiasati kondisi alam dan juga kendala-kendala teknis lainnya,” terang Joko. Sebelumnya, Camat Haurguelis Rory Firmansyah mengatakan, musim kemarau membuat petani dan stakeholder pertanian di Kecamatan Haurgeulis putar otak. Menyelamatkan tanaman padi, dilakukan pompanisasi memanfaatkan sumber air dari Sungai Cipunegara dan Kali Pembuang Cipancuh. Hasilnya menggembirakan. Pompanisasi mampu menyelamatkan ribuan hektare sawah padi petani yang terancam kering. Sedikitnya seluas 1.526 hektare tanaman padi di Desa Wanakaya, Tumaritis dan Kertanegara dapat terairi dengan upaya menyedot air Sungai Cipunegara. Upaya penyedotan dilakukan agar usaha pertanian yang menjadi tumpuan mata pencaharin petani di tiga desa itu tetap berkelanjutan meski musim kemarau melanda. \"Mayoritas di sini sawah tadah hujan. Satu-satunya cara untuk memenuhi kebutuhan air untuk persawahan hanya dengan cara menyedot air Sungai Cipunegara,” kata Rory. Mesin pompa ini, lanjut Rory, rencananya terus dioperasikan sejak masa garap, tanam, hingga masa bunting atau menjelang masa panen. Demi menutupi biaya yang tidak ringan tersebut, para petani dan pemilik lahan sepakat untuk swadaya. Masing-masing pemerintah desa mengambil peran memfasilitasi kebutuhan pompanisasi sampai pengaturan gilir air. Sementara itu, para petani berharap pemerintah provinsi dan pusat menambah lagi bantuan alsintan mesin pompa. Dengan begitu, petak sawah-sawah yang bisa diselamatkan dari krisis air lebih luas lagi. “Bahkan bila perlu sawah-sawah didesa lain bisa memanfaatkan air sungai Cipunegara ini. Supaya bisa sama selamat kalau musim kemarau. Mesin pompanya harus ditambah,” pinta petani setempat, Kardi. (kho)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: