Stok Garam Menumpuk di Gudang

Stok Garam Menumpuk di Gudang

INDRAMAYU - Stok garam Indramayu saat ini berlimpah sehingga menumpuk di gudang. Data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu mencatat, ada 8.600 ton garam yang belum terjual. Padahal, seharusnya garam-garam tersebut sudah dilepas ke pasar. Kepala Bidang Perikanan Budaya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, Edi Umaedi mengatakan, jika berkaca pada pengalaman tahun lalu semestinya saat ini petambak tak memiliki stok di gudang. Sebab, perusahaan-perusahaan besar biasanya sudah melakukan penyerapan garam dari para penambak. “Harapan kami, perusahaan-perusahaan besar bisa segera menyerap garam Indramayu. Karena garam Indramayu juga bagus dari sisi kualitas,” kata Edi di ruang kerjanya Kamis (11/7). Akibat melimpahnya produksi garam, Edi mengakui, kalau hal tersebut berimbas menurunnya harga garam. Saat ini, harga hanya Rp 300-Rp 400 per kilogramnya. Dengan patokan harga tersebut sangat sulit bagi para petani garam untuk mengambil selisih keuntungan. Sebab, mereka harus mengeluarkan ongkos distribusi garam sebelum dijual. Menyinggung penyebab lesunya penyerapan garam, karena belum adanya pembelian dari perusahaan-perusahaan besar, Edi mengaku belum mengetahui secara pasti. Mengapa para perusahaan-perusahan tersebut belum melakukan penyerapan. Dinas Perikanan dan Kelautan terus berupaya supaya stok garam yang ada bisa segera dilepas ke pasar. “Harapan kami akan segera terserap,” ujarnya Menurutnya, petambak bisa bernafas lega jika harga garam berada di atas Rp 500 per kilogramnya. “Itu sudah bagus. Tapi lebih bagus lagi jika harga Rp 1.000 ke atas,” kata Edi. Edi mengatakan, nilai tersebut bukan tak mungkin untuk diraih. Melihat data dua tahun ke belakang, harga garam mampu menyentuh harga tertinggi dalam sejarah yaitu Rp 4.500 per kilogramnya. Pemerintah, lanjut Edi, tidak menutup mata terkait anjloknya harga garam petambak.  Bantuan demi bantuan sudah disalurkan kepada petambak dengan tujuan meningkatkan kualitas produksi garam. Hasilnya kuantitas produksi garam sudah meningkat tajam. “Beberapa tahun lalu dalam sekali masa produksi satu hektare lahan hanya menghasilkan 60 ton saja. Kini bisa mencapai 117 ton,” ungkapnya Edi menegaskan, garam Indramayu memiliki potensi menjanjikan. Bahkan garam produksi para petambak sudah bisa menyaingi garam impor. Sehingga garam local sudah bisa diserap untuk keperluan industri. Selain berkualitas, produksi garam Indramayu pun cukup besar. Pada tahun 2018 kemarin saja produksi bisa mencapai 335.000 ton naik tipis 18.000 ton dari tahun 2017. Edi juga berharap kepada para petambak agar tetap menjaga kualitas garam produksinya. Koperasi garam pun harus kompak bersatu. Dengan demikian harga garam mereka bisa terus berada di angka ideal. “Diharapkan harga garam ke depan minimal bisa di angka Rp 1.000,” pungkasnya. (oet)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: