Kelangkaan Elpiji 3 Kg Aneh, Dibandingkan 2018 Stok 2019 Naik

Kelangkaan Elpiji 3 Kg Aneh, Dibandingkan 2018  Stok 2019 Naik

CIREBON- Kelangkaan gas elpiji 3 kg di sejumlah wilayah direspons Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kabupaten Cirebon. Padahal, pasokan gas melon tahun 2019 lebih tinggi dibandingkan 2018 lalu. Kasi Perdagangan Dalam Negeri Bidang Perdagangan dan Promosi Disdagin Kabupaten Cirebon, Dini Dinarsih SIP mengatakan, sebetulnya secara kuota tahun 2019 ada peningkatan pasokan gas dibandingkan 2018. Bahkan, kuota tahun ini sebesar 21.292.000 tabung atau rata-rata perbulan 1.774.333 tabung atau rata-rata 258.334 tabung perhari. \"Sebetulnya dari pasokan dan ketersediaan gas elpiji 3 kg itu tidak ada pengurangan,\" ujar Dini kepada Radar Cirebon, kemarin (16/7). Lebih lanjut dia menyampaikan, Pertamina dan Hiswana Migas juga sebetulnya sudah melakukan langkah-langkah dan upaya dengan fakultatif tambahan distribusi pada tgl 15, 17, 20, 23 Juli. Masing-masing sebesar 100 persen. Kemudian, ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah dengan upaya yang sama, yakni pengajuan fakultatif sebesar 150 persen atau 1,5x alokasi harian untuk bulan Juli ini. \"Kami sedang memproses surat pengajuan tambahan fakultatif yang diajukan ke Kementerian ESDM melalui Hiswana Migas sebesar 150 persen atau satu hari setengah dalam setiap pengiriman pasokan dalam bulan Juli ini,\" terangnya. Padahal, distribusi elpiji 3 kg sekarang ini dilakukan secara tertutup, yakni pembelian oleh masyarakat dan pelaku usaha menggunakan KTP. \"Jadi sebetulnya tidak ada kendala. Tapi, gak tahu kenapa ya bisa langka,\" terangnya. Dia menduga, kelangkaan gas melon ini merupakan fenomena meningkatnya pesta hajatan masyarakat. \"Ini juga bisa berpengaruh terhadap meningkatnya kebutuhan elpiji 3 kg,\" pungkasnya. Sementara, Sales Executive Rayon X PT Pertamina Marketing Operational Regional (MOR) III Jawa Barat-DIY, Hamdani mengungkapkan, sesuai Pasal 20 ayat (2) Peraturan Menteri ESDM No 26 Tahun 2009 tentang Penyediaan dan Pendistribusian LPG subsidi, diperuntukan bagi penggunaan rumah tangga dan usaha mikro. Namun, di lapangan terdapat alih fungsi. Yakni, gas elpiji 3 kg digunakan petani untuk keperluan pengairan sawah di musim kemarau. Alih fungsi tersebut, menyedot konsumsi elpiji subsidi yang seharusnya digunakan untuk keperluan rumah tangga. Pada musim kemarau seperti saat ini, elpiji 3 kg digunakan sebagai bahan bakar genset yang telah dimodifikasi sebagai mesin pompa air untuk pengairan sawah. Rata-rata, satu mesin bisa menggunakan lima tabung per hari. \"Secara aturan, alokasi untuk hal tersebut belum ada. Karena elpiji 3 kg yang ada sekarang diperuntukan bagi rumah tangga dan UKM,” ujar Hamdani. Dampaknya, pemenuhan elpiji 3 kg untuk rumah tangga dan UKM terganggu. Menangani hal tersebut, Pertamina menambah pasokan sebanyak 100 persen dari penyaluran harian, selama empat hari mulai 13 Juli lalu. “Penambahan ini tidak mengurangi stok reguler. Jadi, reguler tetap berjalan, dan penambahan juga berjalan,” jelasnya. (sam)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: