Galian C di Argasunya Berpotensi Longsor, Tebing Kritis Ancam Rumah, Sekolah dan Akses Jalan

Galian C di Argasunya Berpotensi Longsor, Tebing Kritis Ancam Rumah, Sekolah dan Akses Jalan

CIREBON–Lahan eks Galian Tipe C di Kelurahan Argasunya, Kota Cirebon memiliki rentan dengan pergerakan tanah. Tebing-tebing kritis dan lubang bekas penambangan pasir yang belum direvitalisasi, menyulitkan pemerintah dalam melakukan pemetaan potensi bencana. Masalah kian pelik lantaran status lahan yang keseluruhannya adalah milik pribadi. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cirebon Ir Agung Sedijono menilai, longsor tebing yang kembali memakan korban jiwa menunjukkan bahwa areal eks galian c berbahaya untuk beraktivitas. Ancaman tebing yang longsor yang bukan saja mengintai para pekerja, rumah penduduk yang hanya berjarak beberapa meter dari bibir jurang pun terancam. “Kalau melihat di Argasunya, ini potensi bukan disebabkan oleh alam. Ini murni akibat ulah manusia,” ujarnya. Dijelaskan, konteks bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam. Antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor karena faktor alam. \"Persepsi saya, yang terjadi di Argasunya adalah karena ulah manusia. Tapi demi kemanusiaan kami siap membantu kalau ada kejadian,\" katanya. Agung juga belum memetakan potensi titik-titik bencana seperti longsor. Pasalnya, areal itu sudah secara hukum ditutup untuk aktivitas penggalian. Seharusnya areal itu dihindari karena bisa saja berbahaya bagi warga sekitarnya. Di lain pihak, Kepala Cabang Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Wilayah Cirebon Agus Zulkarnaen turut prihatin dengan kecelakana yang menimpa sopir truk di area galian c. Ditegaskannya, sesuai dengan komitmen, langkah selanjutnya dari ESDM adalah menunggu pelaksanaan konsep besar penataan dan penanganan kawasan Argasunya. Karena ini konsep ini eksekusinya adalah kewenangan dari Pemkot Cirebon, pihaknya hanya mendukung saja. \"Ya akan kami dukung sepenuhnya. Terutama dengan program alih profesi,” katanya. Disebutkan Agus, pimpinannya sudah berkomunikasi dengan Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Provinsi Jawa Barat. Untuk mencari solusi bersama bagaimana alih profesi bisa diterapkan. Sementara untuk tahap awal, ESDM Jabar sudah menuntaskan inventarisasi galian c. Baik terkait jumlah galian maupun warga yang bekerja di sana. Ini akan menjadi bahan pertimbangan untuk kebijakan dari ESDM dan Pemkot Cirebon, untuk menyusun formulasi penanganan bersama. Di tempat terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cirebon Drs RM H Abdullah Syukur MSi menambahkan, kejadian ini harus menjadikan keperhatinan bersama. \"Bagaimanapun lokasi galian c merupakan areal yang berbahaya. Apalagi dilakukan secara sembarangan dalam pengelolaannya,\" ucapnya. Dari pantauan Radar Cirebon yang dilakukan di sejumlah lokasi eks galian c, di beberapa titik terdapat potensi bahaya yang mengancam penduduk. Di Kampung Cadasngampar misalnya, sebuah sekolah dasar turut terancam dengan kondisi tebing kritis. Juga akses jalan yang persis berada di tepi jurang sedalam 25 meter. Sementara di Kampung Cibogo terdapat empat rumah warga yang kian dekat dengan bibir jurang. Adapun dari data yang dihimpun sejak 2009, sedikitnya telah terjadi lima kecelakaan kerja dengan jumlah korban meninggal mencapai 15 orang. (gus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: