Stok Cabai di Pasar Terbatas, Harga Masih Tinggi

Stok Cabai di Pasar Terbatas, Harga Masih Tinggi

MAJALENGKA - Sejumlah pedagang di pasar tradisional Prapatan kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Majalengka, enggan menyimpan stok komoditas cabai jenis domba lebih banyak dari biasanya. Hal tersebut membuat komoditi ini mulai menghilang dari peredaran. Tingginya harga membuat sebagian pedagang enggan mengambil risiko karena khawatir mengalami kerugian besar. Salah seorang pedagang sembako, Acih Wasih mengaku untuk sementara ini dirinya tidak menyediakan stok cabai khususnya jenis domba atau cabai rawit berwarna merah. Alasannya, harga komoditas tersebut masih cukup tinggi di tingkat tengkulak. “Saya hanya sediakan cabai merah domba itu paling banyak 10 kilogram. Karena untuk mendapatkan cabai rawit merah ini cukup sulit. Selain itu harganya juga mahal. Jadi enggak ada keuntungan buat para pedagang. Mungkin kalau harganya sudah normal lagi, baru saya belanja lagi,” tuturnya. Meski demikian, stok jenis cabai lainnya masih normal. Kendati mulai ada penurunan tidak secara signifikan. Beberapa jenis cabai lainnya pun mulai mengalami kenaikan seiring permintaan cukup tinggi namun stok mulai berkurang. Dihubungi terpisah, Kepala Bidang Pengembangan Perdagangan Ucup Supriandi SSos mengakui harga cabai di empat pasar tradisional Pemda Majalengka mengalami kenaikan drastis. Disebabkan karena beberapa daerah sebagai sentra cabai seperti Sumatera, Jawa atau Wonosobo mulai kehabisan stok karena kegagalan panen. \"Gejolak kenaikan hampir merata yang terasa hingga kabupaten Majalengka. Sementara sejumlah wilayah selatan kita hanya ada stok terbatas. Sementara permintaan daerah lain sangat tinggi,\" jelasnya. Pihaknya mengaku tidak menahan para petani cabai di wilayah selatan untuk menahan penjualannya ke sejumlah daerah lain. Seyogyanya para petani mampu mencukupi kebutuhan produksi di pasar-pasar tradisional di kota angin. Sebab wilayah selatan ini sebenarnya bukan sentra utama. Pasar bebas menjadi faktor mereka masih memiliki suplai ke kota-kota lain maupun pasar induk karena harga yang relatif menggiurkan lebih mahal. \"Sekarang itu eranya pasar bebas. Beberapa stok di pasar induk seperti di wilayah Jagasatru Cirebon kosong. Sering kali dari Majalengka kirim ke situ dan pasar lain di Bandung dan berbagai daerah lainnya,\" imbuhnya. Dia menambahkan alur distribusi yang tidak jelas ini menjadi faktor para petani masih memilih menyuplai ke pasar tradisional lain. Terlebih para petani juga sudah bermitra dan memiliki akses ke pasar lainnya. Meski produksi terbatas akibat kemarau panjang, namun pihaknya mengklaim jika harga di pasar wilayah Majalengka masih jauh lebih murah ketimbang sejumlah daerah lainnya. Perbedaan cukup jauh karena pasar di Kota Angin juga memiliki akses distributor lain yang di-dropping dari sejumlah pasar induk di Cirebon dan Indramayu. (ono)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: