Peristiwa Blackout, Presiden Sebut Reputasi PLN Bisa Rusak

Peristiwa Blackout, Presiden Sebut Reputasi PLN Bisa Rusak

JAKARTA-Ada yang berbeda dengan inspeksi mendadak (sidak) yang dilakukan Presiden Jokowi ke kantor Pusat PT PLN di Kebayoran Baru, Jakarta, Senin pagi (5/8). Kehadirannya tidak didamping sejumlah menteri yang dinilai memiliki keterkaitan dengan peristiwa blackout alias mati lampu total. Presiden didampingi Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung, Menteri ESDM Ignasius Jonan, Menhub Budi Karya Sumadi, Menkominfo Rudiantara, plus Kepala BSSN yang baru Hapsoro Hadinoto. Lalu ke mana Menteri BUMN Rini Sumarno? Rini dikabarkan sedang menunaikan ibadah haji. Nah, dari sidak itu, netizien pun mulai “nyinyir”. Ada yang menyebut “kode ganti menteri” sampai “tanda kegelapan mulai datang”. Terlepas dari sindiran yang disampaikan publik di Facebook maupun Twitter, Presiden Jokowi telah memberikan warning agar hal ini tak terulang kembali. “Dalam sebuah manajemen besar seperti PLN mestinya ada tata kelola risiko-risiko yang dihadapi dengan manajemen besar. Tentu saja ada contingency plan, ada back up plan. Pertanyaan saya, kenapa itu tidak bekerja dengan cepat dan dengan baik,” tegas Presiden Jokowi di hadapan direksi dan pimpinan PT PLN. Menurutnya, peristiwa seperti ini pernah terjadi pada tahun 2002, 17 tahun yang lalu, saat pemadaman terjadi di Jawa dan Bali. Mestinya itu bisa dipakai jadi sebuah pelajaran bersama. “Kita tahu ini tidak hanya bisa merusak reputasi PLN, tetapi juga banyak hal di luar PLN, terutama konsumen sangat dirugikan. Pelayanan transportasi umum misalnya juga sangat berbahaya sekali, MRT misalnya,” terangnya. Presiden Jokowi juga mengingatkan bahwa para pimpinan dan pejabat PLN orang pintar-pintar yang sangat paham urusan listrik. “Apakah tidak dikalkulasi kejadian-kejadian, sehingga kita tahu sebelumnya, tahu-tahu drop gitu. Artinya, pekerjaan-pekerjaan yang tidak dihitung, tidak dikalkulasi, betul-betul merugikan kita semuanya,\" ucap Presiden. Presiden meminta diperbaiki secepatnya. “Beberapa wilayah yang belum hidup segera dikejar dengan cara apapun agar segera bisa hidup kembali. Kemudian hal-hal yang menyebabkan peristiwa besar ini terjadi, jangan sampai kejadian lagi. Itu saja permintaan dari saya,” tandasnya. Sementara itu, Plt Dirut PLN  Sripeni Inten Cahyani mengemukakan, penyebab mati listrik masal yang terjadi mulai pukul 11.48 WIB adalah akibat gangguan pada sistem transmisi saluran udara tegangan ekstra-tinggi (SUTET) 500 kilovolt (KV) Ungaran-Pemalang, Jawa Tengah. Sejak Senin (5/8), dilakukan langkah-langkah perbaikan untuk memulihkan pasokan listrik di Jabodetabek dan sebagian daerah di Jawa Barat. “Kami mohon maaf Pak, prosesnya lambat,\" kata Sripeni saat menjawab pertanyaan Presiden Jokowi yang secara mendadak mengunjungi kantor PLN Pusat. Seharusnya, menurut Plt Dirut PLN, proses perbaikan gangguan itu hanya memerlukan waktu 4 jam untuk kemudian dimulai kembali. Namun hal itu tidak bisa dicapai karena semua pembangkit yang berfungsi sebagai pemasok dalam kondisi cold start. “Jadi mesin sudah dingin, sehingga saat ini yang bisa kami prediksikan karena kami bisa memulihkan dalam waktu 4 jam dengan beroperasinya PLTU Suralaya yaitu 2800 mega watt yang cukup untuk memasok sistem Jawa Barat dan Banten, kemudian menjadi mundur karena baru tadi pagi (Senin, red) pukul tiga. Artinya lebih dari 8 jam karena sudah dingin,\" kata Sripeni. (ds/din/ful/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: