Usaha Dirintis 20 Tahun, Kota Cirebon Ekspor Perdana Kerupuk Udang ke Saudi, Permintaan Tembus 9 Ton

Usaha Dirintis 20 Tahun, Kota Cirebon Ekspor Perdana Kerupuk Udang ke Saudi, Permintaan Tembus 9 Ton

CIREBON-Produk olahan ikan dari Kota Cirebon berhasil menembus pasar mancanegara. Yang membuatnya lebih membanggakan, karena yang diekspor adalah kerupuk sari udang. Produk hasil usaha kecil menengah. Jalan panjang ditempuh Caecilia Sunarto merintis usahanya. Sekitar 20 tahun lalu, ia memulai memproduksi kerupuk udang dibantu tujuh orang karyawan. Saat banyak pesanan, usaha kecil menengah (UKM) ini hanya sanggup mempekerjakan tenaga harian lepas. “Saya merintis usaha dari nol,” ucapnya kepada Radar Cirebon. Lika-liku jalan usaha pun dialami Caecilia. Hingga kini berhasil menembus pasar mancanegara. UD Jinawi Luhur untuk pertama kalinya bakal memasarkan produknya di Arab Saudi. Proses pembinaan pun dilakukan Stasiun Karantika Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (SKIPM) Cirebon. Kerupuk Sari Udang yang diekspor ke Arab Saudi, kemarin mulai dimasukan dalam kontainer. Tidak kirang 9 ton lebih, dengan nilai ekspornya mencapai Rp250 juta. Bahkan perwakilan pembeli, juga hadir langsung menyaksikan proses packing. Pendampingan dari SKIPM merupakan hal penting dalam keberhasilannya melakukan ekspor. Sebab, produk yang akan dikirim ke luar negeri, perlu melengkapi persyaratan dan perizinan. Lia –sapaan akrabnya- tidak menampik perjuangan untuk bisa ekspor tidak mudah. Ia butuh proses lama. Sebelum ekspor secara mandiri, UD Jinawi Luhur hanya memproduksi kerupuk sari udang dan mengirim ke Jakarta. Tapi, ia tak pernah tahu produknya itu dikirim ke mana saja. Sebulan terakhir Lia mempersiapkan ekspor ini. Salah satu syarat tentunya keawetan produk. Dan ini sudah bisa dipenuhi. Kerupuk Sari Udang buatannya, memiliki masa kedaluarsa hingga 2 tahun. Kepala SKIPM Cirebon Obing Hobir As’ari MP menjelaskan UD Jinawi Luhur ini merupakan satu satunya UKM yang berhasil ekspor hasil produknya. Bahkan, ini menjadi “pembuka jalan” bagi UKM untuk mengirim produknya ke luar negeri. “Ini UKM pertama yang langsung ekspor,” kata Obing. Selama proses persiapan eskpor, SKIPM melakukan proses pendampingan, karena ekspor produk olahan ikan harus punya sertifikat kesehatan, jaminan keamanan, audit mutu, mulai proses pembuatan krupuk sampai pengemasan. Oleh karenanya harus dipastikan produknya memenuhi jaminan dan persyaratan tersebut. Dan semua prose situ, ada di SKIPM. “Di tingkat UKM ini ekspor perdana, mudah-mudahan terus berkembang ekspornya,” tuturnya. Kepala Bidang Kelautan dan Perikanan, Dinas Pertanian Peternakan Kelautan dan Perikanan (DP2KP) Kota Cirebon Errythrina Oktiyani menambahkan, ekspor hasil olahan ikan Kota cirebon mencapai 5.400 ton. Nilai ekspor mencapai Rp600 miliar. Produk-produk ekspornya berasal dari Tegal, Indramayu, Rembang dan Pekalongan. Tapi proses ekspornya melalui Kota Cirebon, dan negara tujuan ekspor ke Amerika, Jepang, Tiongkok hingga Uni Eropa.“Paling banyak cumi segar sotong, kemudian rajungan, kakap merah, kakap hitam,” bebernya. (abd)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: