Penetapan Awal Puasa Diprediksi akan Berbeda
JAKARTA-Ketua PP Muhammadiyah Prof. Dadang Kahmad memprediksi, penetapan awal Ramadhan tahun ini akan kembali berbeda. Alasannya, tinggi hilal pada 8 Juli hanya +0 derajat. Dengan posisi ini, bulan tidak mungkin dapat dilihat baik oleh mata telanjang ataupun menggunakan teropong canggih. Karena cahaya bulan kalah terang oleh cahaya matahari yang baru saja tenggelam. Sementara, lanjut Dadang, pemerintah dan Nahdlatul Ulama menggunakan metode hisab imkanul rukyat alias posisi bulan harus terlihat. “Walau sidang isbatnya belum, sudah hampir pasti penentuan awal Ramadhan tahun ini akan beda. Tapi kami mengimbau, perbedaan ini jangan dipakai untuk perpecahan. Perbedaan itu sesuatu yang sunnatullah,” jelasnya saat dihubungi RM (group Radar Cirebon) tadi malam Rabu (12/6). Muhammadiyah sudah menetapkan awal Ramadhan tahun ini pada 9 Juli 2013. Penetapan ini tertuang dalam Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah No.04/MLM/l.0/E/2013 tentang Hasil Hisab Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah 1434 H tertanggal 23 Mei 2013. Selain menetapkan Ramadhan, Muhammadiyah juga sudah menetapkan hari raya Idul Fitri yaitu jatuh pada Kamis, 8 Agustus 2013. Beda dengan awal puasa, Dadang memprediksi penatapan Idul Fitri antara Muhammadiyah, NU, dan pemerintah akan sama. “Lebarannya akan sama.” Alasannya, berdasarkan hasil hisab Muhammadiyah, tinggi hilal pada 7 Agustus 2013 sudah berada di posisi 3 derajat 54 menit 11 detik. “Dengan ketinggian ini, hilal sudah bisa dilihat,” jelasnya. NU TETAPKAN AWAL RAMADHAN SETELAH RUKYAT 8 JULI Sementara itu dalam penetapan awal Ramadhan, Nahdlatul Ulama berpegangan pada metode rukyat alias melihat bulan. Karena itu, NU baru akan menetapkan awal Ramadhan setelah melakukan rukyat pada 8 Juli 2013. “Kalau dalam rukyat bulan sudah terlihat, berarti besoknya sudah masuk awal Ramadhan. Tapi kalau tidak berhasil dilihat, kami sempurnakan bukan Sya’ban menjadi 30 hari dan awal Ramadhan akan dimulai dua hari berikutnya,” jelas Jurubicara Ketum PBNU, Nabil Haroen semalam. Dalam melakukan rukyat ini, NU tidak mengandalkan pemerintah. NU akan mengirim para ahli rukyat ke berbagai wilayah untuk melihat bulan. Hasil dari tim NU ini akan dilaporkan dalam sidang isbat yang dilakukan pemerintah. “Patokan kami adalah rukyat,” tandasnya. Sedangkan Muhammadiyah jauh-jauh hari sudah menetapkan awal Ramadhan tahun ini pada 9 Juli 2013. Penetapan ini tertuang dalam Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah No.04/MLM/l.0/E/2013 tentang Hasil Hisab Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah 1434 H tertanggal 23 Mei 2013. Dipaparkan Ketua PP Muhammadiyah Prof Dadang Kahmad menerangkan, penetapan ini berdasarkan hasil hisab yang dilakukan Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. Dari hasil hisab diketahui, ijtima’ atau titik konjungsi antara bulan dan matahari menjelang Ramadhan 2013 terjadi pada pukul 14:15:15 WIB, Senin, 8 Juli 2013. Pada saat matahari terbenam pada 8 Juli, tinggi bulan di Jakarta dan Indonesia bagian barat berada di 0 derajat 44 menit 59 detik. “Muhammadiyah menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal. Pada 8 Juli, posisi bulan sudah berada di atas ufuk walau ketinggiannya +0 derajat. Itu berarti hilal (bulan muda) sudah wujud. Maka, hari esoknya sudah masuk tanggal 1 bulan Ramadhan,” jelas Dadang kepada Rakyat Merdeka Online malam ini.[zul/rm/jpnn]
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: