Revitalisasi Pecinan Segera Terwujud

Revitalisasi Pecinan Segera Terwujud

CIREBON-Revitalisasi Kawasan Pecinan sudah sejak lama didamba. Masyarakat dibuat menunggu. Padahal, setiap perayaan yang berhubungan dengan masyarakat Tionghoa ini selalu ramai. Seperti Cap Go Meh yang belum lama dilakukan. Lalu sampai kapan rencana ini akan tetap menjadi wacana?

Pemerintah Daerah melalui Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (DPOKP) Kota Cirebon punya jawaban normatif. Yakni menunggu kajian dan Detail Engineering Design (DED) yang katanya dilakukan tahun 2020 ini. Tahun setelahnya, 2021, baru mulai penataan dan pembangunan fisik.

Kepala DPOKP Agus Suherman mengatakan, kajian di tahun ini mencakup dua kawasan destinasi wisata. Kampung Arab Panjunan dan Kawasan Pecinan di Kanoman. Untuk itu, katanya, butuh perencanaan melalui kajian dan DED. \"Insya Allah pelaksanaan 2021,” kata Agus saat ditemui di kantornya, Jumat (14/2).

Tidak ada pernyataan konkret lain yang bisa disampaikan. Dengan alasan, semua akan terlihat ketika kajian dan DED telah rampung dikerjakan. Seperti soal konsep. Agus berharap, bisa mencontoh daerah lain yang telah lebih dulu berkembang Kawasan Pecinannya, seperti Semarang.

Kabid Pariwisata Wandi Sofyan menjelaskan, setelah hasil kajian dan DED, baru akan diketahui sarana dan prasarana pendukung yang dibutuhkan. Kemudian, lanjutnya, pemberdayaan masyarakat apa saja yang perlu dilakukan. “Semua demi Kawasan Pecinan,” katanya.

Lalu, gambaran atau konsep seperti apa yang akan diterapkan? Melihat geografis, Wandi menambahkan, penataan lingkungan adalah hal pertama yang dilakukan. Kemudian, mempercantiknya dengan ornamen khas Tionghoa. Seperti latar belakang yang berwarna merah ataupun emas. Tidak kalah penting, sebutnya, membuat gapura selamat datang sebagai penanda bahwa wisatawan telah memasuki Kawasan Pecinan. “Kemudian kita tingkatkan unsur pemberdayaannya. Apakah segi kuliner, budaya, nanti kita masukan kegiatan yang menunjang kepariwisataan disana,” ungkapnya.

Wandi menuturkan, Pecinan dan Kampung Arab masih satu area. Termasuk ada di Perda No 7/2019. Begitu juga soal perkiraan anggaran yang dibutuhkan. Wandi tidak bisa menyebut karena besaran tersebut akan diketahui ketika kajian telah dilakukan. “Karena nanti dari konsultan, akan menelusuri kebutuhan masyarakat. Setelah diketahui, akan menjadi bahan kami untuk usulan anggaran di tahun berikutnya,\" pungkasnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi I DPRD Kota Cirebon Andrie Sulistio SE, mengaku sangat setuju jika pemda memiliki niatan merevitalisasi dan menjadikan Pecinan di Kota Cirebon sebagai destinasi wisata. Andrie melihat, kawasan Pecinan dapat mendongkrak pendapatan melalui ramainya pengunjung dengan menggerakan ekonomi kreatif di dalamnya. Seperti kuliner, destinasi, dan ornamen-ornamen pendukung serupa.

“Karena kita lihat Semarang, Pecinannya maju. Cap Go Meh kemarin di Kota Cirebon, juga ramai. Intinya kita harus sering bikin event ramai kaya gitu. Minimal bikin hidup ekonomi,\" kata Andrie, Sabtu (15/2).

Sebagai wakil rakyat, Andrie mengaku, terbuka dan siap untuk melakukan diskusi dengan pemda untuk mewujudkan kawasan Pecinan. “Kalau Dinas Pariwisata sudah bisa belajar sendiri ke Semarang atau Surabaya, ya silakan,” ujar Andrie yang juga Ketua Fraksi Golkar itu.

Andrie menilai, kawasan Pecinan harus dipikirkan secara matang. Destinasi baru, jangan sampai menimbulkan masalah baru. Seperti kemacetan ruas jalan, dan lain sebagainya. “Kita inginnya tetap kondusif dan semua lancar. Menumbuhkan satu potensi baru, tetapi juga tidak menghancurkan potensi yang lama,” bebernya.

Andrie berharap, revitalisasi kawasan pecinan di Kota Cirebon dapat terlaksana. Seperti pembugaran kawasan, ditambah ornamen-ornamen khas ataupun lampion merah yang identik dengan warga Tionghoa. \"Kita punya potensi, tinggal digali saja mau atau tidak menggalinya,” terangnya. (ade)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: