Sejarah Masjid Darussalam Dibangun Utusan Sunan Gunung Jati Usai Warga Berdamai

Sejarah Masjid Darussalam Dibangun Utusan Sunan Gunung Jati Usai Warga Berdamai

Masjid Jami Darussalam di Desa Karangsambung, Kecamatan Kadipaten disebut-sebut sebagai salah satu masjid tertua di Kabupaten Majalengka yang masih eksis hingga saat ini. Masjid ini menjadi saksi tentang awal penyebaran Islam di wilayah Kadipaten,khususnya Karangsambung.

ONO CAHYONO, Kadipaten

Wahdiyat (67 tahun) sesepuh Desa Karangsambung yang juga pengurus Masjid Jami Darussalam mengatakan, berdasarkan catatan sejarah Desa Karangsambung, Masjid Jami Darussalam dibangun pada abad ke-14 oleh para utusan Sunan Gunung Jati atau Syekh Syarif Hidayatullah.

Kala itu, Desa Karangsambung terbagi ke dalam beberapa wilayah yakni Karang Koletrak, Karang Sinom, Karang Suwung, Karang Setra, dan Karang Pawijan. Warga di masing-masing wilayah itu memiliki keahliannya tersendiri misalnya warga di Desa Koletrak yang dikenal ahli dalam berperang. 

\"Sementara wilayah Karang Serta lebih banyak didiami para pedagang. Namun, warga di wilayah-wilayah itu kerap berseteru akibat berebut batas wilayah kekuasaan,\" ujarnya.

Pada akhirnya, lanjut dia, Sunan Gunung Jati mengutus sembilan orang santrinya ke wilayah itu. Kedatangan para utusan Sunan Gunung Jati pun berhasil menyatukan warga yang kerap bertikai. “Berkat usaha para pembantu Sunan Gunung Jati warga masyarakat yang berseteru bisa didamaikan,” imbuh Wahdiyat, Selasa (18/2).

Warga dari lima wilayah itu pun akhirnya bersatu menjadi satu wilayah bernama Karangsambung. Menurut Wahdiyat, Karangsambung memiliki arti halaman yang disatukan. Setelah warga bersatu, para utusan Sunan Gunung Jati pun mendirikan sebuah masjid di wilayah itu. Masjid itulah yang kemudian diberi nama Masjid Darussalam.

Meski demikian, setelah Masjid Darussalam berdiri hanya dua utusan Sunan Gunung Jati yang memilih menetap di wilayah itu. Yakni Ki Gedeng Pancuh dan Ki Gedeng Sawit. Dua tokoh itulah yang kemudian mensyiarkan Islam di Karangsambung.

“Ki Gedeng Sawit itu mubaligh dulunya, suka memberi ceramah di masjid ini,” kata Wahdiyat.

Di masjid ini juga terdapat sejumlah benda-benda pusaka bersejarah seperti tombak, keris, dan kursi yang digunakan oleh Ki Gedeng Sawit saat berceramah. (ono)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: