Mendarat di Kertajati, Dibawa ke Indramayu

Mendarat di Kertajati, Dibawa ke Indramayu

JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkap skenario proses evakuasi 68 Warga Negara Indonesia (WNI) ABK Diamond Princess di perairan Yokohama, Jepang. Dikutip dari laman detik.com disebutkan, puluhan WNI itu akan mendarat di Bandara Kertajati, Majalengka, Jawa Barat.  

Sesditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI dr Achmad Yurianto menjelaskan, setibanya di Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati Majalengka , WNI ABK Diamond Princess akan dibawa ke sebuah pelabuhan di wilayah Kabupaten Indramayu. \"Kertajati ke Indramayu lanjut Pulau Sebaru,\" kata Yurianto saat dikonfirmasi, Sabtu (29/2).

Dari pelabuhan di Indramayu itu, para WNI ABK Diamond Princess langsung dibawa ke Pulau Sebaru via laut. Mereka akan dijemput KRI Soeharso. Yurianto memperkirakan para WNI tersebut akan tiba di Pulau Sebaru pada Senin (1/3) dini hari.

Seperti diketahui, 68 WNI ABK Diamond Princess akan menjalani masa observasi selama 28 hari di Pulau Sebaru, Kepulauan Seribu. Masa observasi ini berbeda dengan dengan WNI dari Wuhan, yang menjalani observasi selama 14 hari di Natuna. Para WNI ini akan bergabung dengan WNI dari kapal World Dream.

\"Sesampai di Indonesia, mereka akan menjalani karantina di Pulau Sebaru, sama dengan WNI yang dievakuasi dari kapal pesiar World Dream. Nanti ada pemisahan atau pembagian blok bagi warga yang berasal dari kapal pesiar World Dream dan Diamond Princess. Ini dilakukan untuk memastikan mereka benar-benar sehat saat meninggalkan tempat karantina,\" tandasnya.

Angkie menjelaskan evakuasi WNI ABK Diamond Princess sesuai dengan protokol kesehatan pemerintah Jepang. Para WNI akan diangkut menggunakan pesawat ukuran besar menuju Indonesia. “supaya tidak harus melakukan transit terlebih dahulu,\" ujar Angkie.

Sebelumnya, tim evakuasi WNI ABK Diamond Princess sudah mendarat di Jepang. Mereka langsung menggelar rapat bersama KBRI Jepang untuk memulai proses evakuasi.

\"Tim evakuasi WNI ABK Diamond Princess, yang terdiri atas unsur Kemenlu, Kemenkes, TNI, dan Garuda Indonesia, telah bergabung dengan KBRI Tokyo dan pada hari Sabtu ini telah memulai proses persiapan untuk evakuasi para WNI tersebut dengan mengadakan rapat,\" demikian keterangan tertulis KBRI Jepang yang disampaikan melalui akun Twitter @KBRITokyo, Sabtu (29/2).

TAK ADA JAMINAN INDONESIA AMAN

Rumah sakit di Indonesia dinilai belum betul-betul siap untuk ruang isolasi kasus spesifik. Salah satunya virus Corona. Kesiapan di rumah sakit Indonesia hingga kini dianggap belum memadai. Meski sampai saat ini belum ada laporan ada pasien yang terpapar Corona, bukan jaminan Indonesia aman dari virus mematikan tersebut.

\"Harus akui, rumah sakit di Indonesia belum betul-betul ready untuk ruang isolasi specific case. Terutama pada kasus-kasus yang mematikan seperti virus corona. Baru rumah sakit di pemerintah pusat yang dimiliki oleh Kementerian Kesehatan,\" kata Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia dan Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia, Hermawan Saputra, di Jakarta, Sabtu (29/2).

Dia mengaku mendengar ada turis Jepang dari Bali yang positif terpapar virus Corona. Kesiapan infrastruktur kesehatan perlu diutamakan oleh pemerintah. Yang utama adalah ruang isolasi.

Sementara itu, Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Adib Khumaidi, menyatakan tak ada satupun negara yang aman dari ancaman dari virus Corona. \"Pembuktian berproses. Virus ini masih berkembang. Jadi kita belum tahu kapan selesainya. Jadi tidak ada satu negara di dunia ini yang bisa menjamin aman dari virus. Tetapi dari Indonesia masih negatif. Namun, belum tentu Indonesia bebas dari corona. Kita tahu proses penyebarannya luas ke setiap negara,\" jelas Adib.

Peluang virus Corona masuk ke Indonesia, lanjutnya, sangat besar. Pemerintah perlu memperketat pemeriksaan di setiap jalur masuk. \"Kita harus ada screening. Jalur masuk Indonesia banyak. Ada bandara, laut, dan darat. Sehingga thermal scan harus ada. Tenaga kesehatan harus ada pelatihan. Yang paling penting track record keluar masuk itu. Kalau dia berasal dari daerah endemik, secepatnya diinfokan,\" terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: