Barongsai Terkendala Regenerasi

Barongsai Terkendala Regenerasi

CIREBON-Kesenian barongsai dan naga liong kembali muncul mewarnai kancah seni pertunjukan dan ketangkasan pasca era reformasi. Dua dasawarsa sudah kesenian asal negeri Tirai Bambu ini beralkulturasi dan menjadi tradisi pertunjukan yang dinikmati seluruh kalangan, termasuk di wilayah Cirebon.

Pasang surut kemajuan seni tradisional yang menampilkan ketahanan fisik dan keindahan gerak tari berbalut kostum, telah terjadi di Kota Cirebon yang merupakan salah satu wilayah yang memproduksi seniman andal dalam bidang tersebut. Bahkan, bisa dikatakan sebagai atlet sebab kelompok olahraga kesenian tradisional ini sempat mengukir prestasi di tingkat nasional maupun tingkat dunia.

Pada awal kemunculannya kembali, kesenian ini banyak digandrungi dan diikuti oleh masyatakat Tionghoa di Cirebon. Lambat laun, tidak hanya masyatakat Tionghoa saja yang menekuni seni pertunjukkan ketangkasan ini. Masyarakat pribumi hingga keturunan timur tengah pun turut menjadi pemain dan kru tim pertunjukan barongsai dan liong, sehingga kian mewarnai kemeriahan pertunjukkan kesenian terebut.

Pelatih Sanggar Kesenian Liong Barongsai Singa Mas Cirebon Shandy Yudha Siskarteja mengatakan, perkembangan seni barongsai pada kondisi yang terjadi saat ini ada plus minusnya. “Positifnya bahwa seni barongsai dan naga liong tidak lagi eksklusif milik warga Tionghoa saja, sudah menjadi milik seluruh lapisan masyarakat di Cirebon,” katanya.

Namun, dia memandang hal ini menimbulkan kendala pada faktor regenerasi. Karena masyarakat Tionghoa saat ini terutama anak-anak dan pelajar menurun minatnya untuk ikut berlatih menjadi pemain maupun kru barongsai dan liong.

“Kendala regenerasi karena keturunan etnis Tionghoa jarang mau latihan, mungkin karena kesibukan sekolah, eksul, les, full day dan lainnya,” ujar Shandy yang juga ketua harian Persatuan Liong Barongsai Indonesia (PLBSI) Jawa Barat ini.

Namun, pihaknya tidak putus asa, dengan menggalakkan sosialisasi ke sekolah-sekolah akhirnya saat ini banyak sebagian sekolah yang menjadikan barongsai dan liong sebagai ekstrakurikuler di sekolahnya. Bahkan, sanggar-sanggar kesenian barongsai di Kota Cirebon pun, berhasil merekrut sejumlah pelajar menekuni kesenian tersebut.

“Kalau dipresentasikan, yang menekuni kesenian barongsai di sanggarnya ini tinggal 50 persen yang Tionghoanya, sisanya campur. Bisa lihat sendiri yang sekarang latihan ada Sunda, Jawa, dan Arab. Pokoknya berwarna, itu menambah keindahan dalam pertunjukan kesenian di kami,” ungkapnya. (azs)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: