Regenerasi Petani Muda Stagnan

Regenerasi Petani Muda Stagnan

CIREBON - Regenerasi petani di Kabupaten Cirebon berjalan lambat alias stagnan. Itu menjadi tantangan berat yang dihadapi dunia pertanian. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon Dr Ir Ali Effendi MM mengatakan, problematika remaja regenerasi petani jalan di tempat ini harus diupayakan penyelesaiannya. Sebab, ketahanan pangan harus terjaga.

”Kepemilikan lahan untuk alih fungsi menjadi faktor pemuda menimbang-nimbang lagi untuk jadi petani. Bagaimana mau menggarap, jika lahan saja tidak tersedia,” kata Ali, kemarin (20/3).

Menurutnya, terdapat 150-200 ribu keluarga tani di Kabupaten Cirebon yang hanya memiliki lahan rata-rata 0,3 hektar dari total lahan 53.000 hektar. Satu lahan umumnya digarap oleh banyak petani, sehingga pertanian pun dinilai tidak efektif.

\"Petani muda sangat sedikit, atau bahkan kurang. Tidak heran, karena menurut pakar pun, pertanian memang dinilai kurang menguntungkan. Tidak bisa disangkal, ketiadaan petani membuat lahan tidak tergarap dan hasil produksi pun jelas berkurang,\" terangnya.

Dia menjelaskan, sebenarnya dibandingkan berbicara mengenai jumlah petani, ia lebih menekankan pada persoalan lahan yang dapat digarap petani. Idealnya pada pertanian adalah jumlah petani berkurang, tapi luas lahan bertambah.

Kepemilikan lahan yang semakin luas, diperkirakan dapat digarap oleh satu orang petani secara profesional. ”Kalau yang terjadi sekarang, jumlah petani jauh lebih banyak dibandingkan kepemilikan lahan. Jadi, petani hanya menggarap lahan kecil dengan hasil yang tidak seberapa,” katanya.

Lebih lanjut dia mengatakan, program percepatan pemerintah pusat yang berbasis teknologi, lalu program pemerintah daerah mengenai pelatihan dan kajian pertanian bagi petani, serta pelaku agrobisnis menjadi salah satu dasar untuk menarik minat generasi muda.

”Membekali atau menambah pengetahuan, akan memberikan modal lebih pada mereka yang akan terjun. Supaya, usaha mereka memiliki hasil yang nyata,” tuturnya.

Tidak dipungkiri, adanya bukti konkrit kesuksesan seorang petani muda menjadi daya tarik tambahan bagi pemuda lainnya. Hal itu kemudian dimanfaatkan sebagai metode penyuluhan ke setiap wilayah. Hanya saja, penyuluhan pun terkendala penyuluh yang setiap tahun terus berkurang. Padahal, untuk memulai bertani penyuluhan harus intens. Sebab petani tidak bisa dibiarkan berjalan sendiri. Tidak heran jika laju pertumbuhan petani muda berjalan cukup lambat.

”Tapi pada dasarnya, regenerasi harus terus didorong, agar produksi tidak berhenti. Terlebih, banyak jaminan yang menyertai pemuda untuk mulai bertani,” pungkasnya. (sam)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: