dr Edial Sanif Gunakan APD Lengkap, Harga dari Rp600 Ribu Jadi Rp2 Juta

dr Edial Sanif Gunakan APD Lengkap, Harga dari Rp600 Ribu Jadi Rp2 Juta

Dokter dan tim medis lainnya menjadi garda terdepan dalam melayani masyarakat. Termasuk saat maraknya Covid-19. Para dokter dan petugas medis lainnya harus ekstra hati-hati. Salah satu upaya melindungi diri dengan alat pelindung diri (APD). Walaupun harganya kini selangit.

Abdullah, Cirebon

APD tidak sebatas masker. Harus lengkap dengan baju, sepatu, topi, kaus tangan, dan kacamata. Penggunaannya sekali pakai. Kini, saat pandemi corona, dokter-dokter kesulitan mendapatkannya. Kalaupun ada, harganya selangit. Sebelum ramai virus corona, satu APD lengkap harganya Rp600 ribu. Kini melonjak hingg mencapai Rp2 juta.

Salah satu dokter yang mengenakan APD lengkap adalah dr H M Edial Sanif SpJP FIHA. Ditemui Radar di tempat praktiknya di klinik jantung di Jl Diponegoro, Kota Cirebon, Edial pun tampak mengenakan APD lengkap. Mulai topi, kacamata khusus, masker, baju, dan sepatu lengkap.

Koran ini sempat dibuat kaget saat bertemu, dokter yang murah senyum ini menggunakan APD secara lengkap. Ia mengaku mulai menggunakan APD di tempat praktiknya sejak pekan kemarin. Bagi Edial, virus corona tidak bisa dianggap enteng. Ia mengatakan dunia saat ini sedang siaga satu.

Ia mengajak semua pihak bergandengan tangan. Saling bahu-membahu bersama dinas kesehatan mencegah meluasnya virus corona. Terkait penggunaan APD, ia memastikan itu dilakukan untuk melindungi diri ketika melayani pasien.

Dirinya tidak menampik ketersediaan APD mulai menipis. Khusus di Kota Cirebon, ia mengatakan pemkot mesti segera mencari terobosan. Kelangkaan justru berisiko bagi petugas kesehatan. “Karena corona tak pilih orang. APD memang sekarang harganya mahal. Satu set saat ini bisa mencapai Rp2 juta. Padahal dulunya hanya Rp600 ribu. Ini yang saya pakai semata mata untuk pengamanan,” tegasnya.

Tak hanya itu, di tempat praktiknya, Edial juga menyediakan tempat khusus, yakni shower disinfektan. Dengan melalui sensor, pengunjung atau tamu wajib masuk ke ruangan khusus disinfektan. Begitu masuk ruangan, cairan disinfektan langsung menyemprot dari atas. Tujuannya untuk sterilisasi area karena sangat rentan penularan. Pemberlakuan itu juga untuk karyawannya.

Sementara itu, terkait rencana Pusdiklatpri akan menjadi rumah sakit penanganan corona, pria yang juga Ketua PMI Kota Cirebon itu mengaku setuju. Ia menegaskan PMI siap memberikan support. Dirinya sebagai ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Cirebon juga sudah mengimbau seluruh direktur rumah  sakit dan puskemas untuk senantiasa memperhatikan alat pelindung dokter. Karena seluruh tim yang bekerja adalah garda terdepan yang harus diperhatikan secara serius.

Ia mengatakan jumlah dokter di Kota Cirebon saat ini ada  500 orang dokter spesialis dan umum. Jumlah itu cukup membantu menangani penyebaran Covid-19. “Tapi yang terpenting saat ini kebutuhan APD untuk mereka tercukupi. Jangan sampai kekurangan, karena akan membahayakan keselamatan mereka karena risiko tinggi,” pungkasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: