Inisiatif Produksi Masker, Hj Raswati Siap Dibagikan Gratis di Tengah Merebaknya Covid -19

Inisiatif Produksi Masker, Hj Raswati Siap Dibagikan Gratis di Tengah Merebaknya Covid -19

Ulah spekulan membuat masyarakat kesulitan untuk mendapatkan masker di tengah merebaknya wabah virus corona atau Covid-19. Namun, ide dan kreativitas warga muncul untuk menyiasati kelangkaan masker ini.

ANANG SYAHRONI,  Juntinyuat

KREATIVITAS itu justru muncul dari warga Desa Juntikebon Kecamatan Juntinyuat, Hj Raswati Suciati (73). Kendati usianya sudah tidak muda lagi, wanita yang akrab disapa Mimi Suci ini, tergerak untuk membuat masker dari sisa bahan-bahan yang tak terpakai. “Susah nyari masker, kenapa harus bingung juga. Bisa diakali dengan membuat masker dari sisa potongan kain,” tuturnya kepada Radar Indramayu di rumahnya, Kamis (26/3).

Dalam sehari, nenek dua cucu ini mampu membuat hingga belasan masker. Ia bahkan berencana membagikan masker buatannya kepada masyarakat yang membutuhkan tanpa dipungut bayaran.

“Sudah sepuh jadi engga bisa buat lebih dari itu. Kalau ada yang berminat, mereka bisa ambil secara gratis. Karena kasihan juga lihat masyarakat bolak-balik nyari masker, tapi yang dicari pada kosong,” imbuhnya.

Mimi Suci mengaku telah bergelut dengan mesin jahit sejak tahun 1948, atau 3 tahun setelah bangsa Indonesia memproklamirkan diri sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Ia belajar secara otodidak, dari almarhumah kakaknya, Nastem, yang merupakan seorang penjahit.

“Bisa jahit ini karena belajar dari kakak. Waktu itu, kelas 5 SR (Sekolah Rakyat, red) saya sudah terbiasa dengan mesin jahit,” jelasnya.

Tanpa diketahui Sang Kakak, ia selalu memperhatikan pekerjaannya secara sembunyi-sembunyi. Dari membuat dan menggambar pola pakaian, hingga menyatukannya dalam sebuah jahitan yang rapih.

“Kalau kakak tahu saya belajar jahit, pasti dimarahi karena memang enggak diperbolehkan oleh kakak. Ya pintar-pintar aja nyuri ilmu dari kakak,” tandasnya sambil tersenyum.

Meski produktivitasnya jauh menurun jika dibandingkan saat berusia muda, keahlian serta keterampilannya dalam menjahit hingga kini masih dipertahankan. Salah satunya membuat masker dengan memanfaatkan bahan-baham yang tak terpakai, di tengah kelangkaan masker di pasaran belakangan ini. Menurutnya, apa yang dilakukannya diharapkan untuk bisa diikuti oleh warga yang lain. “Ada makna di balik setiap musibah yang datang. Karena ini merupakan ujian bagi kita semua, agar kita tidak menyerah dengan keadaan dan tetap bersatu untuk melawan virus corona. Dengan rida Allah Tuhan Yang Maha Kuasa, Insya Allah kita akan bisa melewati semuanya,” pungkasnya. (*)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: