Kuda Gelap

Kuda Gelap

Mereka tidak rela kalau ekonomi bangkit segera. Mereka itu mengharapkan ekonomi semakin hancur. Biar nilai perusahaan-perusahaan besar di Indonesia jatuh. Setelah saham mereka menjadi murah modal asing berebut membeli. Terjadilah gelombang peralihan kepemilikan dari nasional ke asing.

Para panelis kubu ini juga mempersoalkan global bond yang hanya lebih banyak menguntungkan fund manager global. Kalau cetak uang kan tidak perlu jasa fund manager asing.

Penumpang gelap itu sendiri belum ada. Entah kalau lagi disiapkan. Kuda Troya itu pun juga belum ada. Entah pula kalau ternyata begitu.

Saling curiga itu kian kuat. Sampai Mukhamad Misbakhun --anggota DPR RI Golkar yang memperjuangkan cetak uang-- tadi malam lebih hati-hati. Ia perlu menyampaikan disclaimer dulu sebelum bicara. ”Kehadiran saya di sini sebagai pribadi…,” ujarnya. Sambil tersenyum ia meneruskan kalimatnya ”…. Agar tidak diralat oleh fraksi.”

Rupanya pernyataan-pernyataan Misbakhun di forum Zoom KB PII sebelumnya bikin meriang para politisi. Golkar lantas seperti ingin cuci tangan dari apa yang dikatakan Misbakhun.

Tapi orang seperti Sutrisno Bachir melihat ”cuci-mencuci” seperti itu bagian dari sandiwara Golkar. ”Biasalah Golkar begitu,” ujar Sutrisno Bachir --yang ternyata sudah bukan lagi Ketua Komite Ekonomi Nasional. KEN yang baru ternyata belum dibentuk --atau tidak akan diadakan lagi?

Misbakhun-yang-pribadi di forum Narasi ini sama dengan Misbakhun-yang-Golkar di forum KB PII --hanya ditambah dengan kuda Troya.

Sayangnya tidak ada anggota aliran teknokrat yang melawan Misbakhun di forum Zoom yang di moderator Ahmad Nur Hidayat dari Narasi ini.

Mantan Menkeu Fuad Bawazier memang hadir. Tapi lebih banyak bicara soal virus lain yang harus diberantas dulu: korupsi, perizinan, dan sebangsanya.

Ketua Umum Kadin Indonesia, Rosan Roeslani, lebih banyak menyampaikan situasi terakhir para pengusaha. Yang keadaannya susah sekali. Yang PHK-nya sudah lebih 6,5 juta.

”Pengusaha farmasi pun susah,” katanya.

Hah?!

Bukankah kita mengira pengusaha farmasilah yang panen raya? Bukankah di masa wabah ini semua orang perlu obat?

”Harga bahan baku obat naik drastis,” ujar Rosan. ”Sedang pembayarannya seret, terutama yang dari BPJS,” katanya.

Lebih sulit lagi, kata Rosan, pengusaha angkutan, tekstil, dan properti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: