Liga Inggris Lanjut, Presiden Lyon Ngamuk
LYON -Pengumuman Liga Premier kembali berlanjut pada 17 Juni membuat sosok Jean-Michel Aulas yang dikenal murah senyum berubah.
Telinga Presiden Olympique Lyon seperti terbakar. Menurutnya, itu menjadi tamparan saat kasta tertinggi Liga Perancis, Ligue 1 dibatalkan musim ini, pertengahan April lalu.
LFP selaku operator menghentikan kompetisi Ligue 1 dan Ligue 2. Penghentian ini dilakukan setelah Pemerintah Prancis menyatakan bahwa kegiatan olahraga apapun, termasuk yang dijalani tanpa penonton, baru dapat dilakukan paling tidak pada Agustus.
Aulas dengan membawa nama Lyon mengajukan tuntutan terkait keputusan itu. Sayangnya, tuntutan itu ditolak oleh Pengadilan Prancis. Meskipun mendapatkan penolakan, Aulas masih mengajukan banding dan permintaan untuk membatalkan keputusan penghentian kompetisi tertinggi di Prancis tersebut.
Kelanjutan Liga Premier membuat ambisi Aulas agar Ligue 1 dilanjutkan makin membara. Menurutnya, klub-klub Ligue 1 harus kembali berlatih minggu depan dengan maksud untuk melanjutkan kompetisi domestik pada Juli.
Tak tanggung-tangung, Aulas bereaksi lewat Twitter-nya. Ia menandai Lyon, perdana menteri Prancis Edouard Philippe, dan menteri olahraga Roxana Maracineanu dalam sebuah unggahan di Twitter. Intinya ia mendesak agar Ligue 1 mencabut pembatalan tersebut.
“Liga Primer dimulai kembali pada 17 Juni [aslinya 17 Juni]. @OL @Matigon @RoxaMaracineanu nyonya menteri sudah memberi izin kami kembali berlatih mulai 2 Juni dan kemudian bermain secara tertutup mulai Juli, 15 hari setelah Inggris dan yang lainnya,” katanya.
Berlanjutnya musim Liga Premier dan Bundesliga membuat Aulas yakin bahwa para pemain dan pelatih dari klub peserta akan mendukung rencana untuk bertanding, dibandingkan dengan saat proposal untuk menghentikan kompetisi diajukan ke Pemerintah Prancis.
Hal senada diungkapkan mantan pelatih The Blues, Raymond Domenech. Ia mengakui bahwa LFP telah membuat kesalahan prematur untuk menghentikan musim ini. “Kita dapat mengatakan apa yang kita inginkan tetapi Tuan Aulas tidak salah,” katnya kepada BFM TV. “Saya ulangi apa yang dia katakan dari awal. LFP terlalu cepat mengambil keputusan tergesa-gesa,” tandasnya.
Akibat keputusan itu, secara otomatis Paris Saint-Germain didapuk sebagai juara Prancis musim ini, setelah unggul 12 poin atas Marseille yang bercokol di posisi runnerup. Sementara Lyon dipaksa merelakan tempat terakhirnya di urutan ketujuh dan kualifikasi Eropa untuk pertama kalinya sejak 1996. (fin/tgr)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: