Dijaga Relawan 24 Jam, Pengunjung Rumah Isolasi bagi Perantau Hanya di Lantai Bawah

Dijaga Relawan 24 Jam, Pengunjung Rumah Isolasi  bagi Perantau Hanya di Lantai Bawah

Sejak merebaknya pandemi Covid-19, Pemerintah Desa Majasari Kecamatan Sliyeg melakukan langkah pencegahan. Selain melakukan lockdown lokal juga menyediakan rumah isolasi mandiri bagi warga perantau yang pulang atau mudik. Setelah tiga bulan berjalan, apa kabar rumah isolasi?

ANANG SYAHRONI, Sliyeg

SUASANA rumah isolasi tampak sepi, kemarin. Tetapi ada relawan yang menjaga rumah isolasi dengan mengenakan masker untuk melayani keperluan warga perantau yang tengah menjalani isolasi mandiri. Tamu atau pengunjung tidak diperkenankan masuk ke lantai atas karena harus steril.

Menurut Darwilah, untuk menjaga kenyamanan warga yang diisolasi, pemdes menerjunkan relawan Covid-19 dengan menjaga rumah isolasi selama 24 jam yang terbagi dalam 2 shift, pagi dan malam.

“Setiap shift dijaga empat orang petugas,” kata salah seorang relawan Covid-19 Desa Majasari, Darwilah kepada Radar.

Sedangkan untuk kebutuhan konsumsi menjadi tanggung jawab keluarga yang mengantarkan kebutuhan konsumsi di saat jam makan.

Diungkapkannya, ada dua warga perantau yang menjalani karantina sejak 5 Juni 2020 hingga empat belas hari kedepan. Berarti sejak dibuka pada 7 April 2020, sudah ada 37 warga perantau yang datang menjalani isolasi di rumah isolasi ini.

“Yang terbaru, ada dua orang sedang menjalani isolasi, masuk kerumah isolasi ini tanggal 5 Juni 2020. Tempatnya dipisah karena satu laki-laki, satu perempuan. Kita jaga selama 24 jam secara bergantian,” ungkapnya.

Diungkapkannya, dari 37 orang warga yang diisolasi, 30 orang adalah warga yang tiba dari wilayah Jabodetabek, dan 7 warga yang pulang dari luar negeri yang bekerja sebagai Buruh Migran Indonesia (BMI). “Ketika ada warga Majasari datang dari perantauan langsung dijemput dan harus menjalani masa isolasi. Selama menjalani isolasi selalu dipantau unsur Muspika dan Puskesmas juga. Sekarang masih ada dua orang sedang menjalani masa isolasi sudah tiga hari,” beber Darwilah.

Selama menjalani isolasi mandiri selama 14 hari, lanjutnya, tidak ditemukan warga yang terpapar Covid-19. “Alhamdulillah, sampai sekarang tidak ada yang terpapar Covid-19. Warga yang sudah menjalani karantina mandiri diperbolehkan pulang ke rumahnya,” katanya.

Ditegaskan Darwilah, kehadiran rumah isolasi merupakan bentuk keseriusan pemdes untuk mencegah penularan Covid-19 yang sangat mengkhawatirkan.

Sementara, Ketua Umum LSM AMN Kabupaten Indramayu, H Darsono S mengapresiasi penanganan yang dilakukan Pemdes Majasari dalam menangani Covid-19, termasuk dalam menyediakan rumah isolasi.

“Saya sangat mengapresiasi karena pihak relawan dan pemdes masih berperan aktif dalam menyikapi Covid-19. Relawan dan pemdes melakukan penjemutan warga yang baru pulang kampung, seperti beberapa hari lalu, saya pun ikut serta. Warga yang baru datang langsung dikarantina di rumah isolasi,” ujarnya.

Darsono menilai, bagunan rumah isolasi sudah bagus dan memadai. “Tinggal logistik untuk para penjaga rumah isolasi perlu lebih diperhatikan terutama untuk menjamin relawan yang menjaga rumah isolasi harus di bekali vitamin dan alat pelindung diri,” ujarnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: