Media Asing Soroti Penanganan Covid-19 di Indonesia, Mak Jleb!

Media Asing Soroti Penanganan Covid-19 di Indonesia, Mak Jleb!

Sementara itu, masih banyak pula warga yang tidak peduli. Bahkan, di provinsi-provinsi yang paling terdampak, Paddock mengatakan, 70 persen warganya pergi tanpa mengenakan masker dan mengabaikan jarak sosial.

Mereka kerap berkerumun di toko, pasar, kafe, hingga restoran.

Pada awal wabah, menurut Paddock, Presiden Joko Widodo meremehkan pandemi. Ia baru mengakui keparahan Covid-19 pada Maret, ketika pemerintah mengonfirmasi kasus pertama.

\"Setelah itu, secara lambat, ia menutup bisnis dan sekolah serta membatasi perjalanan, tetapi cepat untuk mengangkat pembatasan bahkan ketika kasus terus meningkat,\" sambungnya.

Ketika Indonesia masuk ke tahap new normal, ia mengancam akan memecat menteri kabinet karena tidak berbuat lebih banyak untuk mengendalikan pandemik.

\"Dengan tidak adanya pesan terpadu dari pemerintah nasional, pejabat lokal dan oportunis telah mengisi kesenjangan,\" kata Paddock.

Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang saat ini fokus pada Palang Merah Indonesia (PMI) mengatakan, Indonesia memiliki kesalahan di awal wabah karena Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto meminimalkan keparahan.

\"Sampai Maret, Menteri Terawan seperti Trump, mengatakan, \'Oh, ini hanya flu biasa,\'. Namun, sekarang, Menteri Terawan sangat realistis. Para menteri dan gubernur berusaha mencari solusi dalam situasi yang tidak pasti. Ini adalah trial and error,\" ujarnya.

Entah apakah sebuah kabar baik atau bukan, namun bukan hanya di Indonesia informasi tak ilmiah disebarkan oleh para pejabat yang seharusnya memiliki pengetahuan yang lebih.
Di Kenya, Gubernur Nairobi telah mendorong penggunaan cognac untuk mengobati Covid-19.

Di Amerika Serikat, Presiden Donald Trump mempromosikan hydroxychloroquine, obat yang digunakan untuk mengobati malaria yang tidak terbukti efektif mengobati Covid-19. (rmol)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: