CIREBON- Dalam rangka mensyiarkan nilai-nilai Alquran, Yayasan Abdurahman bin Auf menggelar peletakan baru pertama pembangun Masjid Abdurahman bin Auf di Jalan Kalikoa-Bima, Kelurahan Karya Mulya, Kecamatan Kesambi.
Hadir Kapolsek Utbar Kompol Suwitno, Lurah Karya Mulya Tarmat Wijaya, Pembina Yayasan Pondok Quran Digitalpreneur Said Baumar, Ketua Yayasan Pondok Quran Digitalpreneur Alif Ringga, As’adullah dari Citra Prakasa Nusantara selalu perwakilan dari Kuwait.
Said Baumar bersyukur pembangunan masjid mendapatkan bantuan dari Kuwait. Di Pondok Quran Digitalpreneur, santri nanti tidak hanya belajar dan hafal Alquran. Tapi juga dididik entrepreneur. “Saat ini bisnis online lebih populer dan kita mencetak generasi itu. Kita ingin melahirkan Abdurahman bin Auf. Dari mustahiq menjadi muzaki,” kata Said Baumar, kepada Radar Cirebon, Senin (16/11).
Dia menambahkan, dalam pembangunan pihaknya menggandeng Muasasah Tasfiah Al Khairiyah dari Kuwait selaku donator. Lewat lembaga ini, tercatat ada 200 masjid yang sudah dibangun. Dan pembangunannya didelegasikan kepada Citra Prakarsa Nusantara Foundation.
“Pembangunan masjid ini dua lantai. Harapan kami supaya pembangunan berjalan lancar. Mudah-mudahan masjid ini bisa dimakmurkan,” harapnya.
Kapolsek Utbar Kompol Suwitno mengapresiasi pembangunan masjid tersebut. Sebab, lokasi ini tadinya lahan kosong. Sekarang telah banyak perubahan. Menurut Kapolsek, masjid merupakan baitullah dan berkaitan dengan kemasyarakatan untuk musyawarah. “Kita berharap dibangunnya Pondok Quran Digitalpreneur ada perubahan. Masjid harus aman dan nyaman, termasuk menjaga protokol kesehatan,” katanya.
Sementara itu, Ketua Yayasan Pondok Quran Digitalpreneur Abdurahman bin Auf, Alif Ringga menjelaskan, pembangunan Masjid AbduRahman bin Auf menjadi langka pertama. Setelah itu, disusul membangun Pondok Quran Digitalpreneur yang berkolaborasi dengan motivator nasional. “Santrinya saat ini sudah ada 62 santri saung tahfidz , “ ujarnya.
Selanjutnya, pihaknya juga akan mendidik santri preneur dan pembinaannya melalui Program inkubator bisnis, dan santri ini digodok selama dua tahun.
“Pengalaman selama ini kalau hanya seminar beberapa jam maka tidak jadi. Kalau dididik inkubator selama 2 tahun maka hasilnya akan terasa,” tandasnya.
Untuk santrinya, masih kata Alif, kriterianya usia 17-24 tahun. Selama menjalani inkubator bisnis komposisinya 30 persen teori dan 70 persen praktek. Mereka juga tetap digembleng hafal Alquran. “Kita fokuskan wirausaha yang online, di depan laptop tapi komoditas dari mana-mana,” bebernya.
Tidak hanya itu, menurut Alif, santri nanti mengedepankan by research by data. (abd/adv)