Kabinet Nasib

Kamis 24-12-2020,05:30 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

Menteri itu gajinya kecil. Fasilitasnya tidak mewah. Tidak ada apa-apanya kalau ukurannya adalah kekayaannya saat ini. Maka untuk apa lagi korupsi —mestinya.

Hanya saja bidang ini baru bagi Trenggono. Tapi yang penting adalah kemampuan manajerial, leadership, dan kebersihan hati.

Kemampuan leadership dan manajerial tentu ia mampu. Soal kebersihan hati hanya ia sendiri yang tahu.

Dan… akhirnya soal menteri agama. Yaqut Cholil Qoumas itu. Ia menjadi lambang kembalinya kementerian agama ke pangkuan NU.

Ini persoalan besar di negeri ini. Itu juga harapan besar bagi NU. Apalagi ketika NU merasa telah habis-habisan memenangkan periode kedua Presiden Jokowi. Kok kementerian agama diberikan kepada Jenderal Fachrul Razi. Sampai-sampai Ketua Umum PB NU, Prof Dr Said Aqil Siroj, seperti ngambek habis-habisan terhadap Presiden Jokowi. Terutama kok ia tidak masuk kabinet. Lebih terutama lagi kok kementerian agama diserahkan ke orang lain.

Yaqut sendiri tidak mengira akan menjadi menteri agama. Ia merasa kakaknyalah yang lebih berpeluang: Yahya C Staquf. Dan memang, sang kakak yang mendapat tawaran menjadi menteri agama. Tapi sang kakak menolak.

Sang kakak —yang pernah menjadi juru bicara Presiden Gus Dur— punya kesibukan lain. Yang ia anggap lebih mulia. Yakni membawa model Islam Indonesia ke seluruh dunia. Ia ingin mengubah wajah Islam di seluruh dunia menjadi Islam yang toleran. Karena itu, Staquf sampai harus pergi ke Israel —di tengah emosi dunia Islam yang anti-Israel.

Staquf merasa, dengan menjadi menteri kiprahnya tersebut menjadi lebih terbatas.

2

Maka sang adik yang diangkat menjadi menteri. Dua-duanya sama-sama pengasuh pesantren peninggalan leluhur mereka di Rembang. Ketika ayah mereka meninggal —KH Cholil Bisri— keduanyalah yang memimpin pesantren di Rembang, Jateng, itu. Bersama paman mereka yang juga terkenal: KH Mustofa Bisri —kiai yang juga penyair kondang itu. Mustofa Bisri punya menantu yang juga terkenal: Ulil Absar Abdala. Yang sering saya ikuti pengajiannya di YouTube. Yang membahas kitab filsafat Ihya Ulumuddin, karya besar Imam Al Ghazali itu.

Ayah KH Mustofa Bisri seorang kiai besar. Namanya: KH Bisri Mustofa. Yang terakhir ini adalah juga putra kiai besar di Rembang: KH Mustofa Bisri. Tiga generasi nama itu sama: hanya dibolak-balik.

Menteri Agama yang baru ini tentu punya tantangan besar. Untuk dirinya sendiri. Yakni bagaimana berubah dari milik satu golongan menjadi milik semua golongan. Juga bagaimana dari mengabdi ke satu golongan menjadi ke semua golongan.

Mungkin GP Ansor dan Banser —organisasi pemuda NU— akan tetap mempertahankannya sebagai ketua umum mereka. Saya tahu Ansor sangat mencintainya. Saat ia ke rumah saya yang mengantar puluhan Banser.

Tapi Yaqut tentu tahu kalau itu tidak bijaksana. Ia adalah sarjana sosiologi Universitas Indonesia. Ia tidak perlu diajari untuk memahami sosiologi berbangsa.

Apalagi wakil menteri agama itu pun sudah telanjur NU.

Rembang, kini menjadi kiblat baru bidang pemikiran keagamaan. Budaya Islam di Rembang kelihatannya memang berkembang sangat moderat sejak zaman kuno. Peradaban di Rembang dan sekitarnya —termasuk Lasem dan Juwana— memang tergolong tua.

Rembang pernah jadi pusat peradaban di masa lalu. Ketika wilayah itu berkembang lebih dulu. Pun secara ekonomi. Termasuk terjadinya persinggungan budaya yang intens antara Tionghoa, Islam, dan Jawa. Peninggalan-peninggalan budaya Tionghoa yang maju ada di sekitar Rembang ini.

Tags :
Kategori :

Terkait