JAKARTA – Lembaga Biologi Molekuler Eijkman menyebut pengembangan vaksin Merah Putih sudah mencapai kemajuan 60 persen dari skala laboratorium.
“Kalau dihitung persentasenya sekitar 60 persen. Artinya, masih dalam proses untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi protein rekombinan yang sudah didesain. Itu akan dihasilkan oleh sel mamalia maupun sel ragi,” kata Kepala Eijkman, Amin Soebandrio di Jakarta, Minggu (10/1).
BACA JUGA:Vaksin Merah Putih Tetap Dinanti
Dia menuturkan sesuai jadwal yang sudah direncanakan, bibit vaksin Merah Putih akan diserahkan ke PT Bio Farma dalam kurun waktu hingga Maret 2021.
Vaksin Merah Putih yang dikembangkan Eijkman berbasis subunit protein rekombinan dan menggunakan isolat virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 yang bersirkulasi di Indonesia.
“Jika protein rekombinan berhasil diperoleh dari sistem ekspresi, maka dapat dilanjutkan ke tahap uji praklinis pada hewan. Setelah mengisolasi dan mengkarakterisasi protein rekombinan selesai, maka akan dilakukan uji pada hewan. Selanjutnya, baru diserahkan ke Bio Farma,” tuturnya.
Menurut Amin, uji praklinis pada hewan membutuhkan waktu sekitar satu hingga dua bulan. Dalam pengembangan vaksin tersebut, tantangan yang dihadapi adalah karena bekerja dengan sel, maka harus berhadapan dengan sel yang tumbuh dengan cepat dan yang lambat. Sehingga prosesnya harus diikuti secara menyeluruh. Hingga diperoleh protein rekombinan yang ditargetkan.
Setelah bibit vaksin diserahkan ke PT Bio Farma, maka perusahaan tersebut akan memformulasikan bibit vaksin agar bisa disiapkan untuk uji klinis pada manusia. Untuk uji klinis fase satu pada manusia akan bisa dilakukan pada trimester kedua tahun 2021.
“Selain vaksin, yang tidak kalah penting adalah peran serta masyarakat menerapkan 3M (Memakai Masker, Mencuci Tangan, Menjaga Jarak) wajib dilakukan. Protokol kesehatan ini harus terus dilakukan dalam aktivitas sehari-hari,” tandasnya. (fin)