80% Ortu Siswa di Kota Tasik Inginkan Belajar Tatap Muka

Sabtu 23-01-2021,16:00 WIB
Reporter : Leni Indarti Hasyim
Editor : Leni Indarti Hasyim

TASIKMALAYA - Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), dengan status zona orange di Kota Tasikmalaya belum memungkinkan diselenggarakannya Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tatap muka. Untuk itu, Pemkot melalui Dinas Pendidikan harus berputar otak dalam mengoptimalkan KBM dalam jaringan (daring) sebaik mungkin. Ketua DPRD Kota Tasikmalaya, H Aslim SH mengakui sudah banyak keluhan orang tua siswa yang sampai ke telinga wakil rakyat.

Berkaitan efektivitas KBM daring sepanjang Tahun 2020. Meski tidak dipungkiri, sejumlah siswa bisa mengikuti metode pembelajaran dengan baik, tetapi di sisi lain menyisakan pekerjaan rumah diluar pendidikan akademik.

“Ada sisi yang hilang dari pendidikan berbasis daring dibanding tatap muka, terutama pembentukan karakter akhlakul karimah. Nah, hal ini mohon disiasati oleh Dinas Pendidikan,” tuturnya kepada Radar, Kamis (21/1).

Menurutnya, diluar materi akademik, psikologis anak sangat tergantung terhadap tindak-tanduk guru yang ia lihat di kelas, dalam pembentukan karakter. Sementara apabila hanya disaksikan secara visual melalui gadget atau layar komputer tidak sebaik berhadapan langsung.

“Personal approach ketika tatap muka akan banyak hal yang bisa dipelajari anak-anak, yang tidak bisa didapatkan saat daring. Maka harus jadi pemikiran serius, apalagi informasinya PPKM akan diperpanjang,” kata Aslim.

Politisi Gerindra ini berharap ketika kebijakan pemerintah berkenaan metode belajar siswa dikembalikan ke masing-masing daerah. Pemkot harus menyiapkan dan menganalisa sekolah mana saja yang sudah siap dari sisi penerapan protokol kesehatan (prokes) ketat dan yang belum siap.

“Sehingga, ketika suatu daerah dinyatakan siap dan dibolehkan ada hal lebih. Kalau di rumah saja, anak-anak juga mungkin tidak belajar pentingnya prokes. Kalau di sekolah gurunya harus ingatkan terus agar jadi kebutuhan dan bisa beradaptasi dengan kondisi saat ini,” ujarnya. “Daripada sekarang, di rumah terus belajarnya seolah mereka bebas prokes. Masih banyak yang keliaran di lingkungan sekitar tanpa masker saat bermain,” sambungnya mengeluhkan.

Dia menceritakan beberapa waktu lalu sebelum PPKM diberlakukan, Komisi IV sempat melaksanakan rapat kerja dengan stakeholder di bidang pendidikan. Informasi yang ia terima, keputusan dibukanya KBM normal atau tatap muka, tergantung dari kepala daerah.

“Sementara saat ini terlanjur PPKM, maka bagaimana Pemkot mencari formulasi supaya KBM daring ini seoptimal mungkin, kemudian siapkan juga instrumen yang wajib ketika KBM tatap muka bisa digelar kembali, supaya ketika kondisi mulai normal anak-anak tidak menunggu lagi,” tegasnya.

Sebelumnya, DPRD Kota Tasikmalaya merekomendasikan Pemkot memberlakukan kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka bagi peserta didik tingkat sekolah dasar (SD) sederajat. Sebab, meragukan KBM dalam jaringan (daring) bisa berjalan efektif terutama dalam membentuk karakteristik siswa sejak dini.

Hal itu diungkapkan Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kota Tasikmalaya Ahmad Junaedi Sakan, usai rapat kerja dengan Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan dan Kantor Kementerian Agama Kota Tasikmalaya, Rabu (6/1).

Hasil rapat tersebut disimpulkan, bahwa pihaknya akan merekomendasikan pimpinan DPRD segera berkonsultasi dengan Satgas Penanganan Covid-19 membuka peluang bagi sekolah dasar sederajat yang siap menerapkan protokol kesehatan untuk melangsungkan KBM tatap muka.

“Kita akan segera meminta pimpinan DPRD menemui Satgas, menyampaikan rekomendasi tersebut. Bukan kita tidak sayang anak-anak berisiko terpapar corona, kami tak ingin secara fisik mereka sehat secara mental justru bermasalah,” papar Ahmad Junaedi kepada Radar, usai rapat di ruang rapat komisi, kemarin.

Menurutnya, dari keterangan Dinas Pendidikan hampir 80 persen orang tua siswa SD sudah menginginkan anak-anaknya mengikuti KBM tatap muka. Kemudian, pihak Dinas Pendidikan dan Kementerian Agama pun sudah menyiapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) KBM tatap muka di masa pandemidengan protokol kesehatan yang ketat.

“Kemudian begini, analisa kami siswa SD biasanya bersekolah dekat rumah, kalau pun jauh jarang menggunakan angkutan umum karena di antar orang tuanya. Sehingga risiko terpapar di jalan kami kira cukup minim,” analisisnya.

Tags :
Kategori :

Terkait