CIREBON - Lantaran tidak memiliki ruang kelas, sebanyak 30 siswa/siswi SDN 1 Panongan, Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon terpaksa harus mengikuti kegiatan belajar (KBM) di sebuah ruang bawah tanah yang mirip dengan bunker (tempat persembunyian tentara militer). Tidak hanya pengap, ruang berukuran sekitar 6x7 meter persegi itu juga tak tersentuh sinar matahari. Untuk kegiatan belajar harus menggunakan lampu neon. Bukan hanya itu, tiga meter dari pintu kelas tersebut terdapat sebuah sumur yang dibiarkan menganga. Kondisi ini tentu sangat membahayakan keselamatan siswa saat jam istirahat. Kuwu Desa Panongan, H Muladi menuturkan, ruangan bawah tanah itu sedianya digunakan untuk ruang kegiatan PKK. Namun karena SDN 1 Panongan kekurangan kelas, pemdes dan kepala sekolah berinisiatif mengalihfungsikan ruang PKK itu menjadi ruang kelas yang ditempati siswa kelas III tersebut. “Sebetulnya kami tidak tega mengizinkan siswa tinggal di tempat ini. Karena selain panas, ruang kelas juga terlalu dekat dengan sumur. Tapi ya apa boleh buat,” katanya, kemarin (24/10). Kepala SDN 1 Panongan, Drs H Alimukti Usman menambahkan, pihak sekolah bersama pemerintah desa setempat sebenarnya rutin mengajukan usulan penambahan ruang kelas baru kepada pemda. Hal itu menyusul jumlah ruang kelas yang ada di sekolah tersebut hanya lima lokal saja. Padahal idealnya setiap sekolah mempunyai minimal tujuh ruang kelas. “Tentu secara pribadi saya malu Mas. Sebab selain saya ini bertugas menjadi kepala sekolah di sini, saya juga ketua PGRI Kecamatan Palimanan. Masa sih tidak bisa memperjuangkan sekolahnya sendiri. Kami setiap tahun selalu mengajukan agar pemkab mengalokasikan bantuan, tapi sampai sekarang belum juga direalisasikan,“ paparnya. Sementara itu, Camat Palimanan, Drs Munangwar MSi yang meninjau lokasi itu mengaku prihatin di zaman serba modern sekarang ini masih ditemukan adanya sekolah terbelakang yang berada di pusat kota. Padahal alokasi anggaran untuk pendidikan terus dinaikkan. “Pejabat Disdik jangan latah bicara IPM di sektor pendidikan. Dengan kondisi seperti ini tentunya akan berdampak pada psikologis siswa dalam menyerap pelajaran,” ungkapnya. Hingga berita ini ditulis, belum ada satupun pejabat Disdik yang bisa dikonfirmasi. Kabid Prasekdiksar, Hartono bahkan tidak mengangkat ponselnya saat dihubungi Radar. (dik)
Terpaksa Belajar di Bawah Tanah
Senin 25-10-2010,07:10 WIB
Editor : Dedi Darmawan
Kategori :