Mahasiswa Asal Kuningan Ubah Limbah Kulit Durian Menjadi Kemasan Biodegradable

Senin 02-08-2021,14:00 WIB
Reporter : Leni Indarti Hasyim
Editor : Leni Indarti Hasyim

KEMASAN stryofoam (polistirenbusa, EPS) atau plastik busa dibuat dari polimer polystyrene yang “dibusakan” (foamed).  Polistiren busa sering diaplikasikan sebagai kemasan plastik sekali pakai, selanjutnya dibuang hingga sering menimbulkan tumpukan sampah yang banyak.

Seiring bertambahnya pemanfaatan styrofoam untuk mengemas produk pertanian maupun makanan siap saji,  maka meningkat pula limbah yang dihasilkan. Bahaya dari dampak styrofoam sangat buruk bagi lingkungan karena limbah kemasan styrofoam sampai saat ini masih belum dapat diatasi pemusnahannya, mengingat bahan dari kemasan styrofoam tersebut tidak mudah diuraikan alam.  

Sehingga perlu dibuat kemasan biodegradable foam atau biofoam untuk menjadi bahan kemasan makanan alternatif yang mampu menggantikan material sintesis Styrofoam sehingga ramah lingkungan yang merupakan inovasi bio material.

Menurut pemilik dengan nama lengkap Nida Hopia ramadhanini, hasil karyanya merupakan tema penelitian dari tugas akhir atau Skripsi saat dirinya masih menjadi mahasiswa di Fakultas Pertanian UGJ,  alasan dijadikannya kulit durian sebagai bahan baku pembuatan biodegradable foam karena di daerah tempat tinggalnya yaitu di  Kabupaten Kuningan banyak masyarakat yang menanam buah durian sehingga ketersediannya kulit durian pun melimpah.

“Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan Biodegradable foam yaitu kulit durian, Magnesium Stearat, PVA (PolivinilAsetat), patijagung, natriumhidroksida (NaOH), etanol 95%, aquades, H 2 SO 4 72%, H 2 SO 4 1 N, HCl 6 Molar”

Sedangkan tahapan dalam pembuatan kemasan biodegradable foamdari kulit durian yaitu dengan proses ekstraksi basa. Bertujuan untuk mengetahui karaktertistik kandungan serat kulit durian. Proses ekstraksi basa biasa menggunakan larutan NaOH dalam proses delignifikasi. Dengan proses ekstraksi basa untuk memisahkan komponen selulosa dari komponen lainnya.

“TahapselanjutnyayaitumembuatFormulasiAdonanBiofoam.Llimbahkulitdurian dibersihkandandipotong-potong. Potongantersebutdikeringkandenganmenggunakan oven dengansuhu 100°C selama 2 hari.Setelahkulit durian keringdihaluskanmenggunakanmesinpenggiling hammer mill sehinggamenghasilkanseratkasardanserathalus. Seratkasardanhalusyang dihasilkandisebabkancarakerjahammber mill yaitupengecilukuranmenggunakangayapukul, matahammer digerakkanoleh motor penggerakdengankecepatantinggi, hammer akan

memukulbahankedinding-dinding hammer.Selanjutnyaadonandicetakdenganalatthermopressingselama 3-4 menitdengansuhumesinsekitar 178-180˚C” TuturNidamenjelaskan.

Nidaberharap, hasilpenelitiannyaini, kedepannyadapatberkolaborasidenganpihak industry (perusahaan) untukmemproduksikemasanbiodegradable foamdarikulit durian inisecaramasal, sehinggabanyakmasyarakat yang beralihdarikemasan Styrofoam sintetiskekemasanbiodegradable foam.

Menurut Dodi Budirokhman salah satu Dosen Agroteknologi UGJDampak penggunaan styrofoam bagi lingkungan adalah sifatnya yang sulit diuraikan oleh alam, dan jika dibakar styrofoam akan menyebabkan dioxsin. Dikarenakan hal tersebut, maka limbah styrofoam lama-kelamaan akan semakin menumpuk sehingga akan merusak lingkungan sekitar. Inovasi tersebut merupakan solusi isu pencemaran lingkungan pada masa Pandemi Covid 19, karena dengan adanya pandemic ini pemesanan makanan secara online, dan peraturan yang melarang restoran melayani makan-minum di tempat atau dine in, melainkan hanya menerima pesan-antar atau  delivery/takeaway, hal ini jelas berkontribusi meningkatkan penggunaan Styrofoam sintetisyang pada akhinya menjadi sampah plastik.”

“Biodegradable foam adalah kemasan alternatif pengganti Styrofoam terbuat dari pati yang bersifat biodegradable, dicetak dengan proses thermopressing. Kelebihan yang dimiliki kemasan biodegradable foam yaitu bisa terdegradasi atau terurai secara alami dengan jangka waktu 15 hariolehtanah. Sedangkan kulit durian sendiri merupakan salah satu serat alam yang merupakan limbah lignoselulosik yang mengandung selulosa, hemiselulosa, dan lignin hemiselulosa, masing-masing merupakan senyawa-senyawa yang potensial dapat dikonversi menjadi produk yang lebih bermanfaat sebagai penguat dan pembuatan polimer produk komposit seperti Biodegradable foam “ ujar Dodi menambahkan(rls/opl)

Tags :
Kategori :

Terkait