SEMUA gubernur – Anda sudah tahu – diminta membawa tanah dan air dari provinsi masing-masing.
Senin hari ini mereka diundang berkumpul di lokasi ibu kota baru Indonesia. Di tengah hutan. Sekitar 50 Km dari Balikpapan, Kaltim.
Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah, membawa air dari dua lokasi: dari sumur rumah Ibu Fatmawati Soekarno dan dari sebuah danau bernama \"Danau Dendam Tak Sudah\".
Sedang tanahnya diambil dari halaman Balai Raya –rumah dinas gubernur. Ini bukan sembarang rumah dinas.
Inilah rumah dinas yang dibangun di zaman penjajahan Inggris. Sir Thomas Raffles pernah tinggal di Balai Raya.
Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman, membawa air dari sumur Masjid tertua di Gowa: Masjid Tua Katangka di Gowa. Sedang tanahnya dari tiga kerajaan yang pernah jaya di Sulsel.
Gubernur Kalimantan Utara Zainal Arifin Paliwang membawa air sungai Kayan dan air dari dataran tinggi Krayan.
Kayan adalah sungai terbesar di Kaltara. Yang bermuara di dekat Tarakan. Krayan adalah kecamatan di perbatasan dengan Serawak.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa membawa tanah dari lokasi kerajaan Majapahit. Airnya dari tujuh sumber kehidupan.
Majapahit adalah pemersatu Nusantara di masa lalu –dengan sumpah Palapa Mahapatih Gadjah Mada.
Perkiraan saya meleset: saya pikir Gubernur Jatim akan membawa tanah dari Bubat –yang menimbulkan dendam permusuhan antara Pajajaran dan Majapahit.
Gubernur NTB Zulkieflimansyah membawa tanah dari Tambora dan air dari Narmada. Tambora di Sumbawa. Narmada di puncak gunung Rinjani, Lombok. Dua pulau beda etnis itu disatukan di IKN.
Tambora adalah gunung yang ketika meledak menggemparkan dunia. Abunya sampai New York. Air Narmada dipercaya bisa bikin awet muda. Kini sudah ada air dalam kemasan dengan merek Narmada.
Pokoknya, para gubernur saling mencari alasan filosofis di balik sumber air dan tanah itu.
Presiden akan menempatkan campuran tanah dan air dari seluruh Indonesia itu di satu kendi besar. Kendi itu ditempatkan di ibu kota baru –sebagai lambang persatuan seluruh Nusantara.