PDIP Masih di Atas Angin

Selasa 23-11-2010,06:35 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

61,3 Persen Warga Belum Tentukan Pilihan KUNINGAN - Kabupaten Kuningan ternyata masih menjadi basis Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Berdasarkan hasil survei independent Rakata Institute kerjabareng Radar Kuningan, partai berlambang banteng gemuk dengan moncong putih itu masih menjadi unggulan masyarakat kabupaten berjuluk Kota Kuda ini. Rakata Institute merilis, jika pemilu dilakukan saat ini, pilihan politik masyarakat Kuningan masih mengarah ke PDIP. Partai berfigur Megawati itu, meraih suara 18,8 persen. Menguntit di urutan kedua Partai Demokrat dengan perolehan 10,0 persen, ketiga Partai Golkar 5,3 persen dan PKS di urutan keempat dengan 2,5 persen suara. Sedangkan sisanya Gerindra 1,0 persen, PPP 0,8 persen, PKB 0,3 persen, dan Golput 0,3 persen. ”Namun, jangan berbangga dulu, karena 61,3 persen masyarakat belum menentukan pilihan dalam survei kami ini,” ujar Koordinator Riset Wilayah Jawa Barat, Iman Subasman SSi kepada Radar di Graha Elma Kuningan, Senin (22/11). Selain itu, sambung Iman, survei hanya mengambil sample di Kecamatan Kuningan. Survei di kecamatan ini dimaksudkan untuk mengetahui mapping atau pemetaan politik dan perilaku politik masyarakat Kuningan, kendatipun survei ini tidak mencerminkan Kabupaten Kuningan. Dijelaskannya, penentuan Kecamatan Kuningan sebagai lokasi survei didasari atas pertimbangan kedekatan letak geografis, mencerminkan masyarakat kota dan desa, serta sebagai ibu kota kabupaten. Dimana, biasanya ibu kota memiliki dinamika politik yang tinggi. ”Tapi tidak akan menutup kemungkinan, pada saatnya nanti menjelang pemilu kita akan survei secara menyeluruh, bahkan Jawa Barat sekalipun,” terangnya. Iman menyebutkan, survei dilakukan pada tanggal 1 hingga 11 November 2010 dengan menggunakan metode startified random sampling. Rakata Institute mengambil 420 responden diseluruh desa dan kelurahan di Kecamatan Kuningan. Hasil survei memiliki margin of error sekitar 3 persen pada tingkat derajat kepercayaan 95 persen. Hasilnya, ungkap Iman, pilihan politik masih didominasi 4 parpol besar. Yakni PDIP, Demokrat, Golkar, dan PKS. ”Keadaan ini sekaligus menunjukan tingkat persaingan politik keempat parpol itu masih cukup ketat dalam setahun terakhir ini,” ujar Iman. Namun, jika dibandingkan dengan hasil real perolehan suara pada Pemilu 2009 lalu, terdapat beberapa perubahan yang cukup signifikan. Perubahan itu menyimpulkan relatif dukungan politik warga terhadap parpol menurun. Tidak ada parpol yang dukungan politiknya meningkat. ”Menurunnya dukungan politik ini sepertinya perlu menjadi perhatian dan evaluasi dari para fungsionaris partai politik,” ujarnya menyarankan. Lebih dari itu, sambung Iman, sebanyak 61,25 persen warga belum menentukan pilihan politik. Tingginya angka itu memberikan ruang persaingan politik pada saat penyelenggaraan even politik. Memperhatikan karakter warga yang belum menentukan pilihan politik ini, umumnya masih bersifat wait and see terhadap gerakan maupun kiprah politik. Jika kiprah politik sebuah parpol memenuhi kriteria mereka, maka mereka akan memilih parpol tersebut, begitu sebaliknya. ”Dari ungkapan responden terkait kriteria pemilihan sikap politik, faktor dominan yang paling menentukan adalah faktor sikap dan tindakan parpol yang dianggap dapat membantu masyarakat. Melalui kriteria ini juga kita dapat memberikan persepsi bahwa banyaknya responden yang belum memberikan simpatik terhadap parpol karena parpol belum bisa meyakinkan mereka dengan bersikap untuk membantu masyarakat,” terangnya. Selanjutnya, Iman juga mengungkapkan hasil surveinya terkait ingatan warga terhadap partai politik. Popularitas parpol masih didominasi parpol besar pada Pemilu 2009. Yakni PDIP, Partai Golkar, dan Partai Demokrat. Popularitas ini juga menunjukkan refresentatif parpol-parpol yang ada di DPRD. “Artinya, ada kesesuaian antara parpol yang ada di DPRD dengan parpol yang paling diingat warga,” jelas Iman. Menurut Iman, popularitas parpol juga berpengaruh signifikan terhadap pilihan politik. Informasi ini penting bagi parpol-parpol yang masih rendah tingkat popularitasnya untuk dapat meningkatkan raihan dukungan politik dimasa mendatang. Mengenai Rakata Institute, Iman menjelaskan lembaga penelitian ini berpusat di Lampung dan eksis di Jawa Barat, DKI, Banten, dan Sumbagsel. Rakata Institue berkomitmen untuk membantu penyelenggaraan demokrasi di Indonesia. ”Selain itu, memberikan pencerahan ilmiah dalam bidang politik agar ada gap (kesenjangan, red) antara harapan publik dan kebijakan-kebijakan politik,” tandasnya. (tat)

Tags :
Kategori :

Terkait