KESAMBI – Semua narasumber yang dipanelkan dalam diskusi ini sepakat bahwa visi faktor menentukan dalam pembangunan daerah. Pengusaha kenamaan Bamunas S Boediman mengatakan, jika kota ini ingin maju, maka harus memiliki visi. Diskusi bertema Cirebon dan Tantangan Kepemimpinan 2013 ini digelar DPD PKS Kota Cirebon, bertempat di Gedung Pusdiklatpri. “Kalau tidak punya (visi) dan tujuan, mana mungkin bisa maju,” tandasnya, Sabtu (27/13). Di mata pebisnis yang akrab disapa Okky ini mengatakan untuk menyadari visi, maka figur pemimpinnya perlu menghitung cermat potensi yang dipunya daerahnya. Kemudian potensi itu dikelola serius, dan hasilnya disuguhkan kepada pengguna, dalam hal ini adalah masyarakat. Bentuknya bisa pelayanan, peningkatan ekonomi daerah. Selebihnnya diikuti dengan pengendalian pengetatan anggaran, pemimpin tidak boleh korup, dan konsisten berpihak pada masyarakat. “Jangan sampai kita tidak punya jawaban apa-apa kalau ada investor yang misalnya bawa uang Rp100 miliar, kemudian nanya kira-kira investasi apa yang tepat untuknya. Kalau kita tidak ada jawaban, hasilnya ya zero investasi, ujungnya roda ekonomi masyarakat jadi tidak maksimal,” ungkap dirut Grage Mall dan Hotel ini. Begitupun dengan Drs H Ano Sutrisno MM yang menggarisbawahi pentingnya visi birokrat yang tidak boleh lagi merasa perlu dilayani rakyat. Sebaliknya, pelayanan terbaik tanpa diminta oleh rakyat harus diberikan dalam berbagai pengurusan yang bersentuhan dengan kehidupan langsung. Konsisten terhadap kebijakan yang berpihak untuk kepentingan masyarakat. “Birokrat jangan minta dilayani. Bahkan kalau bisa sebelum masyarakat minta dilayani, kita sudah lebih dulu melayani yang terbaik untuk masyarakat. Dan penuhi keinginan mereka, sebisa mungkin, jangan ada komplain ini dan itu,” ungkapnya. Tidak kalah penting, kata Ano, bahwa pemimpin harus tanggap dan peka terhadap persoalan yang ada di masyarakatnya. Bisa membuka komunikasi yang baik dengan OPD dan masyarakat untuk menyelesaikan persoalan pengangguran, kemiskinan, anggaran harus pro rakyat, juga hubungan baik dengan kabupaten di daerah penyangga. “Pahami tantangan internal dan eksternal kota ini, sehingga kita bisa memiliki visi yang pas dan tepat dalam membangun daerah,” papar pria yang juga Kepala BKPP Wilayah III Provinsi Jawa Barat ini. Budayawan Ahmad Syubbanuddin Alwi mengkritik arah pembangunan Kota Cirebon yang semakin tidak jelas dalam satu dasawarsa terakhir, karena tidak adanya grand design kota. Dibuktikan dengan kawasan Harjamukti yang sudah ditentukan menjadi kebijakan umum pembangunan, ternyata hasilnya nol besar. “Saya hanya berharap 2013 nanti kota ini menjadi kota yang egaliter, semua bisa berdampingan, tapi ingat harus punya grand design,” tandasnya. Sedangkan pembicara dari kalangan akademisi, Dr Ahmad Kholik menyatakan visi yang ingin ditegaskan bagi figur pemimpin 2013 mendatang adalah memiliki komitmen tinggi secara nurani. “Idealnya pemimpin itu harus memiliki komitmen secara nurani,” ucapnya. Sementara, politisi PKS Drs Mahfudz Siddik MSi mengingatkan adanya warisan sejarah dari para pendiri Cirebon yang harus diteruskan sampai sekarang. Melalui pengaplikasian 4 dimensi nilai luhurnya, yakni dimensi dakwah pendidikan, dimensi ekonomi, dimensi budaya, dan dimensi administrasi pemerintahan. “Kepemimpinan yang bisa sejalan dengan dimensi inilah yang penting. Dan keempatnya harus dibangun oleh tokoh-tokoh pelaku usaha, birokrat, budayawan, akademisi dan masih banyak lagi. Karena membangun tidak bisa sendiri. Dan PKS siap ada di samping kanan dan kiri mendukungnya,” terang Ketua Komisi I DPR RI ini (hen/opl)
Butuh Pemimpin yang Punya Visi
Sabtu 27-11-2010,06:00 WIB
Editor : Dedi Darmawan
Kategori :