Radarcirebon.com, CIREBON - Selasar Gunung Jati, gagasan ini lahir dalam momentum HUT ke-11 Radar Cirebon Televisi (RCTV), Senin 25 Juli kemarin.
Selasar Gunung Jati sebagai sebuah gagasan kemudian disepakati secara lisan oleh pimpinan daerah Kota dan Kabupaten Cirebon.
Bahwa, persoalan perbatasan wilayah bukan jadi hambatan untuk bisa gandengan tangan. Menggali potensi yang selama ini terkubur karena alasan administratif.
Ya, nama Kanjeng Sunan Gunung Jati kembali diungkit. Letak makam di jalan yang garis lurus dengan Alun-alun Kejaksan di Jl Siliwangi Kota Cirebon hingga ke Keraton Cirebon bak reinkarnasi sejarah di era Generasi Z sekarang ini.
Tugu perbatasan selamat datang dan selamat tinggal di kota/kabupaten Cirebon biarlah sebatas pengingat: Cirebon itu satu.
CEO Radar Cirebon Group Yanto S Utomo mengatakan, Keraton dan Makam Sunan Gunung Jati seolah terpisah. Padahal, keduanya bagian dari sejarah Cirebon yang saling berkaitan.
Pria yang mengawali karir sebagai wartawan sejak tahun 1994 itu ingin menyatukan Keraton di Kota Cirebon dengan magnet wisata sejarah Makam Sunan Gunung Jati.
“Karena itu, bagaimana seandainya ada selasar atau jalan besar. Setidaknya dimulai dari Alun-alun Kejaksan hingga Gunung Jati. Kalau saya bilang; Selasar Gunung Jati,” ucap Yanto dalam sambutan di hadapan para tamu undangan: Bupati Cirebon Imron MAg dan Wakil Walikota Cirebon Eti Herawati.
Kemudian, Ketua DPRD Kabupaten Cirebon Mohamad Luthfi, Wakil Ketua DPRD Kota Cirebon Fitria Pamungkaswati, Anggota Komisi VI DPR Herman Khaeron, Kapolres Cirebon Kota AKBP M Fahri Siregar, Sultan Keraton Kacirebonan IX Pangeran Raja Abdul Gani Natadiningrat dan sederet tamu lainnya.
Jarak dari Makam Sunan Gunung Jati ke Alun-alun Kejaksan sekitar 4,9 kilometer. Kurang dari 10 menit jika ditempuh menggunakan motor. Atau sekitar 1 jam dengan berjalan kaki, menurut Google Maps. Trek lurus. Ini adalah jalur favorit pesepeda roadbike.
Selasar yang menurut KBBI serambi atau beranda ini dijadikan konsep wisata baru. Tak munafik, jika berkiblat pada kawasan Jalan Malioboro di Jogjakarta atau Jalan Asia Afrika di Bandung. Di mana sepanjang jalan selalu ramai dikunjungi olah wisatawan. Lokal hingga mancanegara.
Yanto serta para tamu undangan itu optimis. Ini bukan mewacanakan sesuatu yang berlebihan. Bahkan, seharusnya, bisa lebih hidup dibanding 2 kiblat percontohan yang baru saja disebutkan.
“Rasanya, Selasar Gunung Jati ini hampir tidak kalah dengan Malioboro kalau kita menghilangkan perbedaan kota dan kabupaten Cirebon. Setidaknya, idenya dulu kita samakan. Ingin saya, Jalan Siliwangi itu panjangnya sampai Gunung Jati," tukas Direktur Utama Disway National Network (DNN) tersebut.
Konsep membangun kota dan kabupaten Cirebon dengan menghilangkan sentimen perbatasan. Yanto S Utomo mangatakan Prabu Siliwangi dan Sunan Gunung Jati adalah kata kunci yang selalu memuncaki mesin pencari Google.
“Kalau kita (Radar Cirebon Online) memberitakan itu, pembacanya puluhan hingga ratusan ribu. Selalu viral," kata eks wartawan Sriwijaya Pos itu.