Kamrussamad mengingatkan pemerintah untuk tidak gegabah mewacanakan rencana kenaikan BBM bersubsidi tersebut.
Dia menegaskan APBN 2022 masih memiliki alokasi yang memadai untuk menanggung biaya subsidi BBM.
"Opsi penaikan harga BBM subsidi bukanlah pilihan yang tepat saat ini," ujarnya.
BACA JUGA:Penemuan Mayat di Dekat Gedung Perundingan Linggarjati Kuningan, Tanpa Celana, Bikin Heboh Warga
Menurut dia, dasar rencana kenaikan itu karena membengkaknya beban subsidi BBM dari APBN hingga Rp502 triliun karena APBN 2022 memang didesain sebagai penyangga bagi perekonomian masyarakat.
"Yang perlu dicatat, dari angka Rp502 triliun itu yang dialokasikan sebagai subsidi energi sebesar Rp208 triliun."
"Dan dari pagu subsidi BBM Rp208 triliun pada 2022 belum semuanya terpakai," ungkapnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Mulyani Indrawati apabila BBM subsidi harganya tidak dinaikan, maka akan menggerus APBN Rp198 triliun.
BACA JUGA:Ulama Arab Saudi Ini Dihukum 10 Tahun Penjara, Isi Ceramahnya Tentang Kewajiban Umat Islam
Pihaknya mengungkapkan subsidi BBM senilai Rp502 triliun yang sudah diberikan pemerintah tak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan pertalite dan solar hingga akhir tahun.
“Kita perkirakan subsidi harus nambah bahkan mencapai Rp198 triliun."
"Kalau kita tidak menaikkan BBM, tidak dilakukan apa-apa, tidak dilakukan pembatasan maka (subsidi) Rp502 triliun tidak akan cukup."
"Nambah lagi bisa mencapai Rp698 triliun,” katanya, Selasa 23 Agustus 2022.
BACA JUGA:Anggota DPRD Palembang Memukul Wanita di SPBU, Saling Lapor Polisi, Dikabarkan Sepakat Berdamai
Dia menyebutkan, sepanjang tahun 2022 subsidi energi mengalami kenaikan tiga kali lipat. Mulai dari Rp158 triliun menjadi Rp502,4 triliun.
Namun ternyata, dana Rp502,4 triliun belum cukup untuk menutupi kebutuhan subsidi BBM hingga akhir tahun.