"Kiai sakti menghilang setelah menancapkan tongkat, dan tumbuh jadi pohon saparantu. Tapi itu cerita rakyat," tuturnya.
BACA JUGA:Krishna Murti Promosi dari Brigjen ke Irjen Pol: Semua Karena Kuasa Allah SWT
BACA JUGA:Inilah Kronologi Penangkapan Mami Linda, Pembeli 5 Kg Sabu dari Irjen Pol Teddy Minahasa Putra
Dulu, kata dia, pohon saparantu seringkali menimbulkan keanehan. Misalnya saat ada anak kecil mengambil layangan yang tersangkut, kontan rumah mereka diganggu.
Gangguan itu, berupa suara mendecit dan bekas cakaran seperti harimau. Hal itu diyakini sebagai peringatan agar tidak mengganggu pohon itu.
"Sejak saat itu, pohon ini dijaga. Makanya ditembok supaya tidak diganggu orang-orang dan anak-anak," ungkapnya.
Keanehan lainnya yang ia dapat dari warga sekitar adalah adanya cahaya api kecil yang suka mengelilingi pohon tersebut. Jumlahnya tak banyak namun lebih dari satu api kecil.
BACA JUGA:Komnas HAM Mendesak PT LIB Agar Kooperatif Penuhi Panggilannya
Demikian kisah pohon saparantu yang disebutkan sebagai hadiah dari Sultan Mataram dan hanya ditanam di tiga daerah yakni Cianjur, Cirebon dan Banten.