Radarcirebon.com, RIYADH – Isu wahabisme kembali mencuat setelah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mendesak agar pemerintah melarang penyebaran paham tersebut.
Desakan ini merupakan salah satu poin hasil rekomendasi eksternal dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Dakwah PBNU yang digelar di Asrama Haji Jakarta, 25-27 Oktober 2022.
Aliran wahabisme sempat dicurigai jadi ideologi kelompok teroris ISIS yang pernah mengacaukan Suriah dan Irak. Ada pula pihak yang menuduh ISIS merupakan bagian dari agenda Arab Saudi.
BACA JUGA:Mindful Eating dan Living Bisa Mencegah Munculnya GERD, Bisa Dicoba
Menanggapi isu tersebut, Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed Bin Salman (MbS) menyatakan, bahwa ajaran Wahabisme bukan satu-satunya ideologi dan identitas Arab Saudi selama ini.
Pernyataan itu diucapkan Mbs dalam wawancara dengan media The Atlantic, seperti dikutip dari media pemerintah, Saudi Gazzette.
"Saya ingin mengatakan bahwa Muhammad bin Abdul Wahhab bukan Nabi, ia juga bukan malaikat. Ia hanya seorang ulama sebagaimana banyak ulama lainnya yang pernah hidup di era awal pendirian Saudi, di antara para pemimpin militer dan politik," kata Pangeran MbS.
BACA JUGA:Nikita Mirzani Berbaik Hati, Seluruh Tahanan di Rutan Kelas IIB Serang Ditraktir Pizza
"Persoalannya adalah ketika itu di Semenanjung Arab para murid Abdul Wahhab hanya tahu membaca dan menulis sejarah yang telah ditulis dari perspektif mereka," sambungnya.
Pangeran MbS kemudian menjelaskan bahwa kitab-kitab tulisan Abdul Wahhab kerap digunakan para ekstremis Islam hanya demi agenda mereka.
"Tapi saya yakin jika Abdul Wahhab, Bin Baz, dan ulama lainnya masih hidup hingga sekarang, mereka akan jadi barisan pertama yang melawan ide-ide ekstremis dam kelompok teroris itu," ujar Pangeran MbS.
BACA JUGA:Event Satu Data Jawa Barat Award 2022, Upaya untuk Wujudkan Satu Data Indonesia di Jawa Barat
"Permasalahannya adalah ISIS tidak menerapkan contoh dari kehidupan religius orang-orang Saudi. Ketika mereka meninggal, mereka mulai memakai kata-kata dan memelintir kata serta sudut pandang para ulama itu," lanjutnya.
Pangeran MbS kemudian mengklaim kehidupan orang-orang Islam Sunni dan Syiah yang saling berdampingan. Ia juga mencontohkan ada pula madrasah-madrasah Syiah selain Sunni di Saudi.
"Hari ini tak boleh ada sau pun pihak yang memaksakan ajaran mereka yang menjadikannya satu-satunya paham di Saudi," tutur Pangeran MbS.
"Mungkin itu pernah menjadi sejarah kami seperti yang pernah saya katakan tepatnya pada era 1980-an, 1990-an, dan awal 2000-an. Hari ini, kami berada dalam jalur yang benar," pungkasnya. (jun)